Cerita Seks Bergambar, Cerita Sex Dewasa, Cerita Ngentot Terbaru – Cerita HOT – Cerita mesum melepas keperawanan karena melakukan hubungan seks dengan om om dengan judul ” Pertama Kalinya Aku Merasakan Kenikmatan Hubungan Seks ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmati.
Namaku Rini, usiaku sekarang 18 tahun,
aku bersekolah di sebuah SMA yang termasuk besar di Jakarta. Kali ini
akan kuceritakan tentang cerita panasku pengalaman ketika aku baru masuk
SMA dan belum tahu apapun tentang yang namanya seks.
Oh ya, kata temen-temen sih aku memiliki
wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi
163 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin menceritakan
pengalaman dewasa yang pertama justru dari teman baik ayahku sendiri.
Peristiwa yang tak layak dilakukan ini
yang disebut juga cerita panas ini terjadi ketika aku baru saja akan
masuk SMA, ketika aku masih tinggal di Yogya. Teman ayah itu bernama Om
Bayu dan aku sendiri memanggilnya Om. Karena hubungan yang sudah sangat
dekat dengan Om Bayu, ia sudah dianggap seperti saudara sendiri di
rumahku.
Om Bayu wajahnya sangat tampan, wajahnya
tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang usianya berbeda agak
jauh. Usia Om Bayu ketika itu sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Bayu
memiliki tubuh yang tinggi tegap dengan dada yang bidang.
Kejadian ini bermula ketika liburan
semester. Waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada
perayaan pernikahan saudara. Karena kami dan Om Bayu cukup dekat, maka
aku minta kepada orang tuaku untuk menginapa saja di rumah Om Bayu yang
tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu.
Om Bayu sudah menikah, tetapi belum
punya anak. Istrinya adalah seorang karyawan perusahaan swasta,
sedangkan Om Bayu tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang
makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil
bercanda-ria, setelah istri Om Bayu pergi ke kantor.
Om Bayu sendiri karena katanya tidak ada
order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon
kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan
waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma atau
monopoli, karena memang Om Bayu orangnya sangat pintar bergaul dengan
siapa saja.
Ketika suatu hari, setelah makan siang,
tiba-tiba Om Bayu berkata kepadaku, “Rin… kita main dokter-dokteran
yuk.., sekalian Rini, Om periksa beneran, mumpung gratis”. Memang kata
ayah dahulu Om Bayu pernah kuliah di fakultas kedokteran, namun putus di
tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.
“Ayoo…”, sambutku dengan polos tanpa curiga.
Kemudian Om Bayu mengajakku ke kamarnya,
lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop,
mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.
“Nah Rin, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.
“Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.
Namun Om Bayu bilang, “Lho… BH-nya sekalian dibuka dong.. biar Om gampang meriksanya”.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
“Wah… kamu memang benar-benar cantik Rin…”, kata Om Bayu.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku dan aku hanya tertunduk malu.
Setelah telentang di atas ranjang,
dengan hanya memakai rok mini saja, Om Bayu mulai memeriksaku. Mula-mula
ditempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Bayu
menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Bayu mencopot
stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh
lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.
“Waah… kulit kamu halus ya, Rin… kamu pasti rajin merawatnya”, katanya.
Aku diam saja, aku hanya merasakan
sentuhan dan usapan lembut Om Bayu. Kemudian usapan itu bergerak naik ke
pundakku. Setelah itu tangan Om Bayu merayap mengusap perutku. Aku
hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Om Bayu
benar-benar terasa lembut.
Dan lama-kelamaan terus terang aku mulai
jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku
merinding dibuatnya. Lalu Om Bayu menaikkan usapannya ke pangkal bawah
buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap
buah dadaku.
Ih… baru kali ini aku merasakan yang
seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu.
Namun tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan usapannya. Dan aku kira…
yah hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Tom Bayu bergerak ke
arah kakiku.
“Nah.. sekarang Om periksa bagian bawah yah…”, katanya.
Setelah diusap-usap seperti tadi yang
terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan
saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Bayu
menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah
mati.
“Ih… Om kok celana dalam Rini dibuka…?”, kataku dengan gugup.
“Lho… kan mau diperiksa.. pokoknya Rini
tenang aja…”, katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun
tampaknya mata dan senyum Om Bayu penuh dengan maksud tersembunyi.
Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah celana dalamku diloloskan oleh
Om Bayu, dia duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip
menatap vaginaku yang masih mungil, dengan bulu-bulunya yang masih
sangat halus dan tipis. Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga
pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om Bayu mulai mengelus-elus
betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan
perlahan-lahan meraba-raba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian
dalam. Hiii… aku jadi merinding rasanya.
“Ooomm…”, suaraku lirih.
“Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa nikmat…”, katanya sambil tersenyum.
Om Bayu lalu mengelus-elus
selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya. Kemudian
dengan jari telunjuknya yang besar, Om Bayu menggesekkannya ke bibir
vaginaku dari bawah ke atas.
“Aahh… Oooomm…”, jeritku lirih.
“Sssstt… hmm… nikmat.. kan…?”, katanya.
Mana mampu aku menjawab, malahan Om Bayu
mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja
ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang-gelinjang,
menggeliat-geliat kesana kemari.
“Ssstthh… aahh… Ooomm… aahh…”, eranganku
terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan
terbang ke langit. Vaginaku rasanya sudah basah sekali karena aku memang
benar-benar sangat terangsang sekali.
Setelah Om Bayu merasa puas dengan
permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi
kemudian wajahnya mendekati wajahku. Aku yang belum berpengalaman sama
sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa
melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia
mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah.
Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia
lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya. Hiii… rasanya jadi
makin geli… apalagi ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga
aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku
dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi
semakin nikmat kegelian.
Kemudian Om Bayu mengangkat wajahnya dan
memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya
pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh… gila… tiba-tiba badannya
dimundurkan ke bawah dan Om Bayu tengkurap diantara kedua kakiku yang
otomatis terkangkang. Kepalanya berada tepat di atas kemaluanku dan Om
Bayu dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku.
Kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan
di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit
kepala Om Bayu. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi
kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan
lagi Om Bayu mulai menjilati bibir vaginaku.
“Aaa… Ooomm…!”, aku menjerit, walaupun
lidah Om Bayu terasa lembut, namun jilatannya itu terasa menyengat
vaginaku dan menjalar ke seluruh tubuhku. Namun Om Bayu yang telah
berpengalaman itu, justru menjilati habis-habisan bibir vaginaku, lalu
lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan menari-nari di dalam vaginaku.
Lidah Om Bayu mengait-ngait kesana
kemari menjilat-jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin
menjadi-jadi, badanku menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan
kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku. Akan tetapi
usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya dengan ganas.
Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.
“Aahh… Ooomm… jaangan… jaanggann… teeerruskaan… ituu… aa… aaku… nndaak… maauu.. geellii… stooopp… tahaann… aahh!”.
Aku menggelinjang-gelinjang seperti
kesurupan, menggeliat kesana kemari antara mau dan tidak. Biarpun ada
perasaan menolak akan tetapi rasa geli bercampur dengan kenikmatan yang
teramat sangat mendominasi seluruh badanku.
Om Bayu dengan kuat memeluk kedua pahaku
diantara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat kesana kemari namun
Om Bayu tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Bayu
benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan. Vaginaku sudah
benar-benar banjir dibuatnya.
Hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin
liar, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot
vaginaku. Cairan lendir vaginaku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan.
Sedotan Om Bayu di vaginaku sangat kuat, membuatku jadi semakin
kelonjotan.
Kemudian Om Bayu sejenak menghentikan
jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir vaginaku, lalu disorongkan
sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Om Bayu, rupanya Om
Bayu mengincar clitorisku. Dia menjulurkan lidahnya lalu dijilatnya
clitorisku.
“Aahh…”, tentu saja aku menjerit keras
sekali. Aku merasa seperti kesetrum karena ternyata itu bagian yang
paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai
mengangkat pantatku. Om Bayu malah menekan pahaku ke bawah, sehingga
pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisku sambil
dihisap-hisapnya.
“Aa… Ooomm… aauuhh… aahh… !”, jeritku semakin menggila.
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang
teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau
pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Bayu yang sepertinya sudah
tahu, malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya.
“Ooomm… aa… !”, tubuhku terasa tersengat
tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan
kuat pipi Om Bayu dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku
bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, dan
tampaknya Om Bayu tidak menyia-nyiakannya. Disedotnya vaginaku,
dihisapnya seluruh cairan vaginaku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak,
lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.
Om Bayu kemudian bangun dan mulai
melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme,
merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang
saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu.
Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang
dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana
panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri
juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian.
Akan tetapi ketika tatapan mataku secara
tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan
besar yang masih tertutup oleh CD-nya, mencuat ke depan. Kedua tangan Om
Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan-lahan, sambil
matanya terus menatapku.
Pada waktu badannya membungkuk untuk
mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan
tetapi begitu Om Bayu berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti
mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang
berada diantara kedua paha atas Om Bayu. Benda tersebut bulat, panjang
dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja
tentara.
Benda bulat panjang tersebut berdiri
tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 18 cm dengan
lingkaran sebesar 4 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol
berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah
kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang dimana
terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut kemaluan
laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil
menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku dengan
kemaluannya itu.
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Bayu
hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang
kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala
kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Bayu kemudian
berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat
tidur.
Kemudian Om Bayu menarik kedua kakiku,
sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi
tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku
sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku
masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang
dilakukan oleh Om Bayu.
Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat
diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di
lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan
kemaluanku yang telah terpentang itu. Tangan kirinya memegang pinggulku
dan tangan kanannya memegang batang kemaluannya.
Kemudian Om Bayu menempatkan kepala
kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan masih
tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai
digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya
perlahan-lahan.
Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke
keseluruhan tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai
mengembung. Aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Bayu
itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu makin terangsang.
Dengan mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup bibirku.
“Gimana Rin… nikmat kan…?”, bisik Om
Bayu mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya. Nafasku
tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku
sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Bayu dan tidak pernah
kusangka, karena melakukan hubungan seks dengan om dimana sehari-hari Om
Bayu sangat sopan dan ramah.
Selanjutnya tangan Om Bayu yang satu
merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang penisnya sambil
digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku. Hal ini makin membuatku menjadi
lemas ketika merasakan kemaluan yang besar menyentuh bibir kemaluanku.
Aku merasa takut tapi kalah dengan
nikmatnya permainan Om Bayu dalam melakukan hubungan seks, di samping
pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Kemaluan Om Bayu yang
besar itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Bayu
sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas.
Aku benar-benar setengah sadar dan
pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan
masuk ke dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada, aku
mencoba mendorong badan Om Bayu untuk menahan masuknya kemaluannya itu,
tapi Om Bayu bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja.
Saya membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.
Tapi selang tak lama kemudian
perlahan-lahan kemaluannya itu ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku,
sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir dan lubang vaginaku.
Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala penis Om
Bayu ini masuk ke dalam lubang vaginaku.
Gerakan ini membuatku terkejut karena
tidak menyangka Om Bayu akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku
seperti apa yang dikatakan olehnya. Sodokan penis Om Bayu ini membuat
kemaluanku terasa mengembang dan sedikit sakit.
Seluruh kepala penis Om Bayu sudah
berada di dalam lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Bayu mulai
menggerakkan kepala penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku
mulai menjadi biasa lagi. Perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh
tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh
dan besar.
Tanpa sadar dari mulutku keluar suara, “Ssshh… ssshh… aahh… ooohh… Ooomm… Ooomm… eennaak… eennaak… !”
Aku mulai terlena saking nikmatnya
melakukan hubungan seks dan pada saat itu, tiba-tiba Om Bayu mendorong
penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih
dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun menjerit karena terasa
sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om Bayu yang terasa membelah
kemaluanku.
“Aadduuhh… saakkiiitt… Ooomm… sttooopp…
sttooopp… jaangaan… diterusin”, aku meratap dan kedua tanganku mencoba
mendorong badan Om Bayu, tapi sia-sia saja.
Om Bayu mencium bibirku dan tangannya
yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan
menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak
dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba
menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan penis Om Bayu ke
dalam liang vaginaku.
Tapi karena tangan Om Bayu menahan
pundakku maka aku tidak dapat menghindari masuknya penis Om Bayu lebih
dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Bayu
membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat
kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.
“Om… kenapa dimasukkan semua… kan…
janjinya hanya digosok-gosok saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Bayu
tidak bilang apa-apa hanya senyum-senyum saja.
Aku merasakan kemaluan Om Bayu itu
terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di
dalam vaginaku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Bayu
tersebut. Waktu saya mulai tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan
pinggulnya maju mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku
tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa
keluar suara, “Ssshh… ssshh… ooohh… ooohh…”
Dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda
keseluruhan tubuhku. Bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku. Sesaat
kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah
tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku. Seluruh tubuhku
diliputi sensasi yang siap meledak.
Buah dadaku terasa mengeras dan puting
susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku
terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam
sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat. Tubuhku
bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Bayu ketika aku
mengalami orgasme yang dahsyat.
Aku merasakan kenikmatan melakukan
hubungan seks yang berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke
seluruh tubuhku selama beberapa detik. Terasa tubuhku melayang-layang
dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak berdaya, tergeletak
lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua
kaki terkangkang menjulur di lantai.
Melihat keadaanku, Om Bayu makin
terangsang dan semangat melakukan hubungan seks. Dengan ganasnya dia
mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat sehingga seluruh
batang penisnya terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat
lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku
tertekan dan tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar dan berurat
itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan.
Hampir sejam lamanya Om Bayu melakukan
hubungan seks denganku sesuka hatinya. Dan selama melakukan hubungan
seks itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme. Dan setiap itu
terjadi, selama 1 menit aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan
menghisap kuat penis Om Bayu, sampai akhirnya pada suatu saat Om Bayu
berbisik dengan sedikit tertahan.
“Ooohh… Riiinn… Riiinnn… aakkuu… maau… keluar!.. Ooohh… aahh… hhmm… ooouuhh!”.
Tiba-tiba Om Bayu bangkit dan
mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik kemudian… cret… crett…
crett… spermanya berloncatan dan tumpah tepat di atas perutku. Tangannya
dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok batang penisnya seolah
ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa.
“Aahh…”, Om Bayu mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega.
Dibersihkannya sperma yang tumpah di
perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang
masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi.
Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya.
Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.
“Terima kasih sayang…”, bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Bayu.
Setelah kejadian itu, pada mulanya aku
benar-benar merasa gamang. Perasaan-perasaan aneh berkecamuk dalam
diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Bayu
telah berupaya menenangkanku dengan lembut.
Namun entah kenapa, setelah beberapa
hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin melakukan hubungan seks
lagi. Memang kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih melakukan
hubungan seks. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Bayu, tentu
saja aku malu mengatakannya kalau sebenarnya aku ingin melakukan
hubungan seks.
Aku hanya pura-pura ngobrol kesana
kemari, sampai akhirnya Om Bayu menawarkan lagi untuk melakukan hubungan
seks seperti dulu, barulah aku menjawabnya mau hubungan seks dengan
mengangguk malu-malu. Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertama
kalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks.
By www.premier188.com
No comments:
Post a Comment