Cerita Sex Ngentot ini
berjudul ” Ayo Pak Terus Puaskan Santi Sampai Lemas . . . ” Cerita
Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah
Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex
Janda,Jilbab,Terbaru 2017.
Cerita Sex – Hari itu salah seorang direktur perusahaan, Pak
Freddy, sedang mengadakan resepsi pernikahan anaknya di sebuah hotel
bintang lima di kawasan Senayan.
Tentu saja akupun diundang, dan malam itu akupun meluncur menuju
tempat resepsi diadakan. Aku pergi bersama dengan Jason, temanku waktu
kuliah di Amerika dahulu. Sesampainya di hotel tampak para undangan
sebagian besar membawa pasangannya masing-masing. Iri juga melihat
mereka ditemani oleh istri dan anak mereka, sedangkan aku, karena
masih bujangan, ditemani oleh si bule ini.
“Selamat malam Pak..” sapa seseorang agak mengagetkanku. Aku menoleh,
ternyata Lia sekretarisku yang menyapaku. Dia datang bersama
tunangannya. Tampak sexy dan cantik sekali dia malam itu, disamping juga
anggun. Berbeda sekali jika dibandingkan saat aku sedang menikmati
tubuhnya,.. Liar dan nakal. Dengan gaun malam yang berdada rendah,
belahan buah dadanya yang besar tampak menggoda. “Malam Lia” balasku.
Mata Jason tak henti- hentinya menatap Lia, dengan pandangan kagum.
Lia hanya tersenyum manis saja dilihat dengan penuh nafsu seperti itu.
Tampak dia menjaga tingkah lakunya, karena tunangannya berada di
sampingnya. Kamipun lalu berbincang-bincang sekedarnya. Lalu akupun
permisi hendak menyapa para undangan lain yang datang, terutama para
klienku. “Malam Pak Robert..” seorang wanita cantik tiba- tiba
menyapaku. Dia adalah Santi, istri dari Pak Arief, manajer keuangan di
kantorku.
Mereka baru menikah sekitar tiga bulan yang lalu. “Oh Santi.. Malam”
kataku “Pak Arief dimana?” “Sedang ke restroom.. Sendirian aja Pak?”
tanyanya. “Sama teman” jawabku sambil memandangi dia yang malam itu
tampak cantik dengan gaun malamnya dengan anggun. Belahan gaunnya yang
tinggi memamerkan pahanya yang putih menggiurkan. Dadanya walaupun tak
sebesar Lia, tampak membusung menantang. “Makanya, cari istri dong Pak..
Biar ada yang nemenin” katanya sambil tersenyum manis. “Belum ada yang
mau nih” “Ahh.. Bapak bisa saja.. Pasti banyak banget cewek yang mau
sama bapak..
Kalau belum married saya juga mau lho..” jawabnya menggoda. Memang
Santi ini rasanya punya perasaan tertentu padaku. Tampak dari cara
bicaranya dan cara dia memandangku. “Oh.. Kalau saya sih mau lho sama
kamu biarpun kamu sudah married” kataku sambil menatap wajahnya yang
cantik. “Ah.. Pak Robert.. Bisa aja..” jawabnya sambil tersipu malu.
“Bener lho mau aku buktiin?” godaku “Janganlah Pak.. Nanti kalau
ketahuan suamiku bisa gawat” jawabnya perlahan sambil tersenyum.
“Kalau nggak ketahuan gimana.. Nggak apa khan?” rayuku lagi. Santi
tampak tersipu malu. Wah.. Aku mendapat angin nih.. Memang aku sejak
berkenalan dengan Santi beberapa bulan yang lalu sudah membayangkan
nikmatnya menyetubuhi wanita ini. Dengan kulit putih, khas orang
Bandung, rambut sedikit ikal sebahu, bibir tipis, dan masih muda lagi.
Dia baru berumur 24 tahunan. “Gimana nih setelah kawin.. Enak nggak?
Pasti masih hot y. “Godaku lagi. “Biasa aja kok Pak.. Kadang enak..
Kadang nggak.. Tergantung moodnya” jawabnya lirih. Dari jawabannya aku
punya dugaan bahwa Pak Arief ini tidak begitu memuaskannya di atas
tempat tidur. Mungkin karena usia Pak Arief yang sudah berumur
dibandingkan dengan dirinya yang masih penuh gejolak hasrat seksual
wanita muda. Pasti jarang sekali dia mengalami orgasme. Uh.. Kasihan
sekali pikirku.
Tak lama Pak Ariefpun datang dari kejauhan. “Wah.. Pak Arief.. Punya
istri cantik begini kok ditinggal sendiri” kataku menggoda. Santi tampak
senang aku puji seperti itu. Tampak dari tatapan matanya yang haus akan
kehangatan laki-laki tulen seperti aku ini. “Iya Pak.. Habis dari
belakang nih” jawabnya. Tatapan matanya tampak curiga melihat aku sedang
mengobrol dengan istrinya yang jelita itu. Mungkin dia sudah dengar
kabar akan ke- playboyanku di kantor.
“Ok saya tinggal dulu ya Pak Arief.. Santi” kataku lagi sambil
ngeloyor pergi menuju tempat hidangan. Akupun mengambil hidangan dan
menyantapnya nikmat. Maklum perutku sudah keroncongan, terlalu banyak
basa-basi dengan para tamu undangan tadi. Kulihat si Jason masih ngobrol
dengan Lia dan tunangannya. Ketika aku mencari Santi dengan
pandanganku, dia juga sedang mencuri pandang padaku sambil tersenyum.
Pak Arief tampak sedang mengobrol dengan tamu yang lain.
Memang payah juga bapak yang satu ini, tidak bisa membahagiakan
istrinya. Santi kemudian berjalan mengambil hidangan, dan akupun
pura-pura menambah hidanganku. “San.. Kita terusin ngobrolnya di luar
yuk” ajakku berbisik padanya “Nanti saya dicari suami saya gimana Pak..”
“Bilang aja kamu sakit perut.. Perlu ke toilet. Aku tunggu di luar ya”.
“Kataku sambil menahan nafsu melihat lehernya yang putih jenjang, dan
lengannya yang berbulu halus Tak lama Santipun keluar ruangan resepsi
menyusulku. Kamipun pergi ke lantai di atas, dan menuju toilet. Aku
berencana untuk bermesraan dengan dia di sana. Kebetulan aku tahu
suasananya pasti sepi. Sebelum sampai di toilet, ada sebuah ruangan
kosong, sebuah meeting room, yang terbuka. Wah kebetulan nih, pikirku.
Kutarik Santi ke dalam dan kututup pintunya. Tanpa basa-basi lagi,
aku cium bibirnya yang indah itu. Santipun membalas bergairah.
Tangankupun bergerak merambahi buah dadanya, sedangkan tanganku yang
satu mencari kaitan retsleting di belakang tubuhnya. Kulepas gaunnya
sebagian sehingga tampak buah dadanya yang ranum hanya tertutup BH
mungil berwarna krem. Kuciumi leher Santi yang jenjang itu, dan
kusibakkan cup BHnya kebawah sehingga buah dadanya mencuat keluar.
Langsung kujilati dengan rakus buah dada itu, aku hisap dan aku
permainkan putingnya yang sudah mengeras dengan lidahku.
“Oh.. Pak Robertt..” desah Santi sambil menggeliat. “Enak San..” “Enak Pak.. Terus Pak..” desahnya lirih.
Tangankupun meraba pahanya yang mulus, dan sampai pada celana
dalamnya. Tampak Santi sudah begitu bergairah sehingga celananya sudah
lembab oleh cairan kewanitaannya. Santipun kemudian tak sabar dan
membuka kancing kemeja batikku. Dicium dan dijilatinya putingku.. Lalu
terus ke bawah ke perutku. Kemudian dia berlutut dan dibukanya
retsleting celanaku, dan tangannya yang lentik berbulu halus itu merogoh
ke dalam mengeluarkan kemaluanku dari celana dalamnya. Memang kami
sengaja tidak mau telanjang bulat karena kondisi yang tidak
memungkinkan.
“Ohh.. Besar sekali Pak Robert.. Santi suka..” katanya sambil
mengagumi kemaluanku dari dekat. “Memang punya suamimu seberapa?”
tanyaku tersenyum menggoda. “Mungkin cuma separuhnya Pak Robert.. Oh..
Santi suka..” katanya tak melanjutkan lagi jawabannya karena mulutnya
yang mungil itu sudah mengulum kemaluanku.
“Enak Pak?” tanyanya sambil melirik nakal kepadaku. Tangannya sibuk
meremas-remas buah zakarku sementara lidahnya menjilati batang
kemaluanku. “Enak sayang.. Ayo isap lagi” jawabku menahan rasa nikmat
yang menjalar hebat. Dikulumnya lagi kemaluanku, sementara kedua
tangannya meremas-remas pantatku. Sangat sexy sekali melihat pemandangan
itu. Seorang wanita cantik yang sudah bersuami, bertubuh padat, sedang
berlutut didepanku dengan pipi yang menggelembung menghisap kemaluanku.
Terlebih ketika kemaluanku keluar dari mulutnya, tanpa menggunakan
tangannya dan hanya menggerakkan kepalanya mengikuti gerak kemaluanku,
Santi mengulumnya kembali. “Hm.. Kontol bapak enak banget.. Santi suka
kontol yang besar begini” desahnya. Tiba-tiba terdengar bunyi handphone.
Santipun menghentikan isapannya.
“Iya Mas.. Ada apa?” jawabnya. “Lho Mas udah pikun ya.. Khan Santi
tadi usah bilang.. Santi mau ke toilet.. Sakit perut.. Gimana sih” Santi
berbicara kepada suaminya yang tak sabar menunggu. Sementara tangan
Santi yang satu tetap meraba dan mengocok kemaluan atasan suaminya ini.
“Iya Mas.. Mungkin salah makan nih.. Sebentar lagi Mas.. Sabar ya..”
Kemudian tampak suaminya berbicara agak panjang di telpon, sehingga
waktu tersebut digunakan Santi untuk kembali mengulum kemaluanku
sementara tangannya masih memegang handphonenya.
“Iya Mas.. Santi juga cinta sama Mas..” katanya sambil menutup
telponnya. “Suamiku sudah nunggu. Tapi biarin aja deh dia nunggu agak
lama, soalnya Santi pengin puas dulu”. Sambil tersenyum nakal Santi
kembali menjilati kemaluanku. Aku sudah ingin menikmati kehangatan tubuh
wanita istri bawahanku ini. Kutarik tangannya agar berdiri, dan akupun
tiduran di atas meja meeting di ruangan itu. Tanpa perlu dikomando lagi
Santi menaiki tubuhku dan menyibak gaun dan celana dalamnya sehingga
vaginanya tepat berada di atas kemaluanku yang sudah menjulang menahan
gairah. Santi kemudian menurunkan tubuhnya sehingga kemaluankupun
menerobos liang vaginanya yang masih sempit itu.
“Oh.. My god..” jeritnya tertahan. Kupegang pinggangnya dan kemudian
aku naik- turunkan sehingga kemaluanku maju mundur menjelajahi liang
nikmat istri cantik Pak Arief ini. Kemudian tanganku bergerak meremas
buah dadanya yang bergoyang saat Santi bergerak naik turun di atas
tubuhku. Sesekali kutarik badannya sehingga buah dadanya bergerak ke
depan wajahku untuk kemudian aku hisap dengan gemas.
“Ohh Pak Robertt.. Bapak memang jantan..” desahnya “Ayo Pak.. Puaskan
Santi Pak..” Santi berkata sambil menggoyang-goyangkan badannya maju
mundur di atas kemaluanku. Setelah itu dia kembali menggerakkan badannya
naik turun mengejar kepuasan bercinta yang tak didapatkan dari
suaminya. Setelah beberapa menit aku turunkan tubuhnya dan aku suruh dia
menungging sambil berpegangan pada tepian meja. Aku sibakkan gaunnya,
dan tampak pantatnya yang putih menggairahkan hanya tertutup oleh celana
dalam yang sudah tersibak kesamping. Kuarahkan kemaluanku ke vaginanya,
dan langsung kugenjot dia, sambil tanganku meremas-remas rambutnya yang
ikal itu.
“Kamu suka San?” kataku sambil menarik rambutnya ke belakang. “Suka
Pak.. Robert.. Suka..” “Suamimu memang nggak bisa ya” “Dia lemah Pak..
Oh.. God.. Enak Pak.. Ohh” “Ayo bilang.. Kamu lebih suka ngentotin
suamimu atau aku” tanyaku sambil mencium wajahnya yang mendongak ke
belakang karena rambutnya aku tarik. “Santi lebih suka dientotin Pak
Robert.. Pak Robert jantan.. Suamiku lemah.. Ohh.. God..” jawabnya.
“Kamu suka kontol besar ya?” tanyaku lagi “Iya Pak.. Oh.. Terus Pak..
Punya suamiku kecil Pak.. Oh yeah.. Pak Robert besar.. Ohh yeah oh..
God. Suamiku jelek.. Pak Robert ganteng. Oh god. Enakhh..” Santi mulai
meracau kenikmatan. “Oh.. Pak.. Santi hampir sampai Pak.. Ayo Pak
puaskan Santi Pak..” jeritnya. “Tentu sayang.. Aku bukan suamimu yang
lemah itu..” jawabku sambil terus mengenjot dia dari belakang.
Tangankupun sibuk meremas-remas buah dadanya yang bergoyang
menggemaskan. “Ahh.. Santi sampai Pak..” Santi melenguh ketika gelombang
orgasme menerpanya. Akupun hampir sampai. Kemaluanku sudah
berdenyut-denyut ingin mengeluarkan laharnya. Kutarik tubuh Santi hingga
dia kembali berlutut di depanku. Kukocok-kocok kemaluanku dan tak lama
tersemburlah spermaku ke wajahnya yang cantik. Kuoles-oleskan sisa-sisa
cairan dari kemaluanku ke seluruh wajahnya. Kemudian Santipun mengulum
dan menjilati kemaluanku hingga bersih. “Terimakasih Pak Robert.. Santi
puas sekali” katanya saat dia membersihkan wajahnya dengan tisu.
“Sama-sama Santi. Saya hanya berniat membantu kok” jawabku sambil
bergegas membetulkan pakaianku kembali. “Ngomong-ngomong, kamu pintar
sekali blowjob ya? Sering latihan?” tanyaku.
“Santi sering lihat di VCD aja Pak. Kalau sama suami sih jarang Santi
mau begitu. Habis nggak nafsu sih lihatnya” Wah.. Kasihan juga Pak
Arief, pikirku geli. Malah aku yang dapat menikmati enaknya dioral oleh
istrinya yang cantik jelita itu. “Kapan kita bisa melakukan lagi Pak”
kata Santi mengharap ketika kami keluar ruangan meeting itu. “Gimana
kalau minggu depan aku suruh suamimu ke luar kota jadi kita bisa bebas
bersama?” “Hihihi.. Ide bagus tuh Pak.. Janji ya” Santi tampak gembira
mendengarnya. Kamipun kembali ke ruangan resepsi. Santi aku suruh turun
terlebih dahulu, baru aku menyusul beberapa menit kemudian. Sesampai di
ruang resepsi tampak Jason sedang mencari aku.
“Hey man.. Where have you been? I’ve been looking for you” “Sorry
man.., I had to go to the restroom. I had stomachache” jawabku. Tak lama
Santi datang bersama Pak Arief suaminya. “Pak Robert, kami mau pamit
dahulu.. Ini Santi nggak enak badan.. Sakit perut katanya” “Oh ya Pak
Arief, silakan saja. Istri bapak cantik harus benar-benar dirawat lho..”
Santi tampak tersenyum mendengar perkataanku itu, sementara wajah Pak
Arief menunjukkan rasa curiga.
He.. He.. Kasihan, pikirku. Mungkin dia akan syok berat bila tahu aku
baru saja menyetubuhi istrinya yang cantik itu. Tak lama aku dan Jason
pun pulang. Sebelum pulang aku berpapasan dengan Lia, sekretarisku. Aku
suruh dia untuk mendaftarkan Pak Arief untuk training di Singapore.
Memang baru-baru ini aku mendapat tawaran training ke Singapore dari
salah satu perusahaan. Lebih baik Pak Arief saja yang pergi, pikirku.
Toh memang dia yang mengerjakan pekerjaan itu di kantor, sedangkan
aku hanya akan menolong istrinya yang cantik mengarungi lautan birahi
selama dia pergi nanti. Tak sabar aku menanti minggu depan datang. Nanti
akan aku ceritakan lagi pengalamanku bersama Santi bila saatnya tiba.
Dengan tidak adanya batas waktu karena terburu-buru, tentu aku akan
lebih bisa menikmati dirinya.
No comments:
Post a Comment