kali ini menceritakan cerita Sex dari seorang wanita
bernama Indah. Ketika Indah ospek dia melihat temannya yang benama Ratih
di aniaya oleh kaka tingkat yang mengospeknya. Indah yang mempunyai
Ilmu bela diri-pun membela Ratih. Dari hal itu mereka-pun menjadi dekat
dan menjadi pasangan lesbi.Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja
yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.
Sebut saja nama saya Indah , Usia 22 tahun dan saya berasal dari
Jatim. Saya adalah salah satu mahasiswi perguruan tinggi di Kota
kembang. Di kota kembang itu saya tinggal di daerah Dago atas. Karena
saya punya keluarga disana, saya tidak perlu mkos dan saya tinggal di
rumah yang cukup luas milik paman saya. Disana aku tinggal hanya dengan
pembantu yang usianya sudah cukup tua.
Karena rumah itu lumayan besar, maka terasa sepi karena hanya kami
berdua yang tinggal disana. Paman dan keluarganya tinggal di luar
nengri, mereka kembali kebandung tidaklah tentu. Disini saya akan
menceritakan tentang kisah sex saya yang bisa dibilang menyimpang dari
kodrat. Kisah sex ini berawal ketika aku ospek di kampus yang dilakukan
oleh kakak tingkatat Saya.
Ketika itu saya ospek berlangsung seperti biasa saya mencari teman
dan mendapat teman bernama Ratih. Ratih ini seorang wanita yabg bisa
dibilang cantik dan cute. Dia mempunyai tinggi badan sekitar 161 cm,
berat badan 56 kg dan berkulit putih langsat. Ketika itu kebetulan Ratih
mendapat hukuman yang menurut saya amatlah berlebihan dari oleh
seniorku.
By www.premier188.com
JUDI ONLINE TERPERCAYA
MENANG BERAPA PUN KAMI PASTI BAYAR
PROMO s/d akhir JUNI
FIRST DEPOSIT DAPAT TAMBAHAN KREDIT 15%
CASHBACK 6%
ROLLINGAN 0,25X3
ROLLINGAN CASINO 0,7%
MEMBER GET MEMBER 5%
Syarat dan ketentuan belaku
info lebih lanjut
BBM : D8A4BF4A
WA : +639772793847
LINE : premier188
YM : premier188@yahoo.com
Sugguh kasihan sekali dia, saat itu saya berfikir hukuman itu sudah
melewati batas. Melihat hal itu saya sungguh kasihan dan tidak terima
jika seniorku sok berkuasa dan menindas mahasiswi baru. Pada akhirnya
saat itu saya-pun bergegas medekat kepada seniorku dan tanpa banyak
biacara saya langsung menghajar mereka dengan beberapa jurus pencak
silat yang dari kecil sudah saya pelajari.
Oh iya, saya gini-gini dari sekolah dasar sudah mengikuti latihan
pencak silat, dan hal itu membuat sifat saya menjadi sok pahlawsan, hhe.
Saat itu beberapa senior saya-pun mengeroyokku, karena mereka tidak
mempunyai ilmu beladiri mereka-pun terjatuh satu persatu menerima
tendangan dan pukulan tanganku. Setelah itu ada salah satu senior yang
cukup bijak, mendekat dan melerai kami, kemudian kami semua-pun diberi
hukuman.
Hukuman kami kali ini masuk akal layaknya ospek normal. Saat itu kami
diberi hukuman untuk berlari-lari mengitari kampus sembari menyanyi dan
menari. Saya sendiri mempunyai prinsip yang lemah harus dibela dan yang
terpenting Ratih pasti tidak akan digoda ataupun diganggu lagi degtan
kakak tingkat saya. Sejak kejadian itu mereka-pun segan dengan saya dan
Ratih.
Singkat cerita seminggu kemudian, ternyata Ratih itu itu satu kelas
denganku dan kami-pun saling menyapa dan berkenalan lebih dekat lagi,
“ Hey… terima kasih yah kemarin kamu menolongku. Gara-gara aku, kamu jadi kena masalah deh, ” Saat itu dia menyapa saya duluan.
“ Ah nggak kok, itu sih urusan kecil buatku ”, sambil tersenyum kusapa balik.
“ Oh, yah kita belum berkenalan kemarin, nama kamu siapa?, ” Saya
bertanya seolah saya belum tahu namanya, padahal saya sudah tahu namanya
dari senior-senior saya.
“ Ratih, kamu?, ”
Duh mak, nih cewek benar-benar manis sekali, senyumnya aah… apalagi
matanya, bulat dengan alis yang tertata rapi berwarna hitam, serasi
sekali,
“ Hey… kamu kenapa?, ”
Duh ketahuan kalau lagi terpana. Eh, nih anak pakaian dan celananya
seksi and ketat sekali, mengundang perhatian cowok, pikirku. Beda sekali
denganku, celana jeans biru lusuh dengan kemeja panjang kedodoran,
potongan rambut pendek cepak dan memakai jam tangan yang besar. Pokoknya
saya senang seperti ini, dulu saya terkenal Tomboy di antara
teman-teman cewek saya di SMA,
“ Ah.. yah.. nama saya Indah, ” Jadi grogi juga nih.
“ Hemmm.. kamu tinggal di mana?, ” tanya saya, siapa tahu kan nanti dia lebih rajin punya catatan, kan bisa kupinjam.
Dasar otak nakal dan pemalas. Saya heran juga, dari kecil saya tidak
suka belajar tapi saya bisa dengan mudah menerima apa pun dalam otakku.
Bukannya sombong tapi yah.., cuma begitu saja.
Tanpa sadar saya senyum-senyum sendiri, ketika ia menegurku,
“ Ndah, kamu duduk di sebelahku yah ”, pintanya. Saya hanya
manggut-manggut saja mengiyakan sambil terus berjalan menuju kelas kami.
“ Eh, kamu ini lucu juga yah, dari tadi senyum-senyum sendiri, hhe… ”,
Saat itu dia tertawa kecil, beuhh manisnya temanku ini. Tiba-tiba
dari arah belakang terdengar kegaduhan kecil, ternyata segerombolan
cowok-cowok mengganggu dan mempermainkan salah seorang teman kami yang
lebih kecil ukurannya dari mereka, mungkin sekitar 155 cm. Oh, yah saya
sendiri 170 cm dan beratku 60 kg. Cukup tinggi besar untuk ukuran cewek
kali, yah?, hhe.
Lagi-lagi saya belagak nih, padahal memang tanganku gatal ingin
meninju orang, habis sedang gregetan nih sama Ratih. Kusambar salah satu
cowok dan tendanganku sangat tepat bersarang di bawah perutnya, yah
si-xxx, tahu temannya menjerit, mereka berhenti dan memandangku. Ada
kemarahan di wajah mereka, namun saya tidak tahu kenapa, mereka langsung
ngeloyor pergi sambil membantu temannya berjalan.
Ahh, saya puas juga. Sejak saat itu, saya cukup disegani di kampusku,
mungkin juga mereka telah membaca biodata saya di buku tahunan. lalu,
“ Eh, di mana rumah kamu?, ”.
Dia tersenyum,
“ Kamu masih inget dengan pertanyaanmu setelah berkelahi barusan ? ”,
berkata begitu, tangannya menempel di pundakku dan turun menggandeng
tanganku.
“ Yah, sekali lagi, itu hal kecil buatku, habisnya mereka seenaknya
mengganggu orang lain ”, ujar saya sambil menikmati sentuhan alami
lengan dan jari-jari kami yang saling mengait.
“ Ah, sudahlah, jangan dibicarakan lagi, ”.
Bosan juga saya, kan saya pingin tahu tentang anak satu ini eh, malah melenceng dari pokoknya,
“ Saya tinggal di Taman Sari ”, jawabnya.
Akhirnya meluncur juga jawabannya,
“ Tinggal dengan siapa? ”, tanya saya agak bingung, maklum sendirian sih saya.
“ Kost, ama teman-teman juga.., banyak kok ”, jawabnya sambil memilih tempat duduk untuk kami berdua.
“ Boleh main nih, aku bosan sendirian di rumah ”, sambung saya.
“ Kalau dilihat dari wajah kamu sepertinya bukan dari sini, kalau aku
dari sekitar sini juga sih, kamu bukan orang sini, kan? ”, Ia balik
bertanya pada saya.
“ Iyah, saya bukan orang sini, tapi saya tinggal di rumah pamanku, sekalian jaga rumahnya, ”.
Kuliah pertamsaya dimulai, akh bosan rasanya. Tanpa sengaja tanganku
merangkul kursi sebelah dan menempel di punggung Ratih. Antara sadar dan
tidak, maklum mengantuk, saya seperti merasakan gesekan halus di tangan
kananku. Jantungku berdesir dan mulai berdegup kencang. Saya tengok,
ternyata punggungnya benar-benar dia gesekkan ke tangan kananku hingga
jamku pun tertarik ke atas-bawah.
Saat itu saya-pun mulai menikmati permainan ini. Bibirnya terbuka
sedikit, ia menengadah dan lehernya yang jenjang kulihat sangat
menantangku. Aghhh… saya ingin mengecupnya, duh saya bergetar. Ada apa
ini? Saya duduk dengan gelisah, akh dia mempermainkan nafsuku. Aduh bisa
pening saya dibuatnya. Saya berdoa, semoga kuliah ini cepat selesai.
Dengan sedikit keberanianku, saat itu saya was-was takut kalau
ketahuan teman lain. Telapak tangan kananku mulai meraba dan meremas
bahu dan terus turun ke punggung, pinggang, dan berhenti di antara dua
kantong ssaya di belakang jeansnya. Ia mulai menggoyang pantatnya, geser
depan-belakang, kanan-kiri. Kuremas salah satu pantatnya yang muat juga
di tanganku.
Ternyata cukup kecil, tapi kenyal, dan enaak sekali. Nafasku pun
memburu dengan cepat. Akhh lamanya kuliah ini. Akhirnya, kuliah selesai
juga. Permainan kami pun berhenti. Saya tersenyum dan ia pun membalas
senyumku dan mengajakku ke belakang (toilet wanita). Duh, gila juga
Ratih, apa orang sini berani-berani yah. Tanpa ba-bi-bu kuikuti
langkahnya dan pokoknya kami sudah ada di dalam.
Cukup sepi, karena terhitung masih pagi, belum ada yang ke belakang.
Saya bersyukur juga. Lagian yang namanya makhluk berjenis kelamin
perempuan tidak begitu banyak. Saya pikir-pikir cukuplah bermain 15
menit. Saya duduk di closet dan dia kupangku. Kepalanya tepat di
hadapanku. Kami hanya berjarak berapa inchi saja. Nafasnya yang hangat
menyapu wajahku. Hidungnya yang agak mancung, ia gesek-gesekkan di
hidungku, ih geli juga. Saya tidak tahan,
“ Hey, I can lift you ”, sambil tersenyum dia berkata.
“ Saya cuman 48 kok, San ”, sambil melingkarkan lengannya di leherku.
Saat itu saya menggendong dia dan saya duduk kembali. Dia tertawa
lirih. Tanganku terus meraba paha, terus ke belakang, meremas pantatnya
ke atas menelusuri pinggang dan mulai menyelusup di balik baju ketatnya,
tiap gunung kembar itu teraba olehku nampak baju-nya bertambah padat
dan ia busungkan payudara-nya sambil menggeliat menahan nafsu birahinya,
duh menempel di punya saya, menekan dan,
“ Terus.., lagi.., dan…, ”
Karena saat itu saya sudah tidak, kubuka saja baju ketatnya dan gila,
Ratih benar-benar berbody indah, saya merasa yang di bawah mulai
berdenyut-denyut. BH-nya yang putih kecil, seakan tak mampu menutupinya,
kubuka sekalian, dan nampaklah gunung itu atau bisa dikata bukit
sajalah. Kecil dan menantang, kuelus dan kujilati, akh harum,
keringatnya mulai keluar satu-satu agak asin.
Ahhh… saya semakin gila. Kuremas pantatnya, kutekan ke
selangkanganku, akh ia meremas rambutku dan menekan kepala saya tepat di
belahan itu. Akhh! ia mulai menjepit kepala saya, akhh saya hampir tak
bisa bernafas. Gila kencang sekali mainnya! Kecil-kecil cabe rawit. Duh,
nafasku sesak nih. Sambil terus kutekan pantatnya ke perutku.
Aghhh… lepas juga kepala saya setelah itu ia menjerit pelan, kaget
juga saya, kenapa dia? Baru sekali ini saya melakukan permainan
kait-mengait. Apalagi dengan seorang cewek. Eeh, apa dia masih cewek ?
Entar kutanya, tapi mata saya sempat melirik jam tanganku dan saya
mengerti permainan ini harus ditunda, ada kuliah lagi.
Kukecup lembut dan lidahku masih ingin melumat kedua bukit itu, kupasang kembali bra dan baju ketatnya,
“ Entar lagi, yah ”, kata saya, dia tersenyum.
“ Makasih, Ndah, ”.
Kutepuk-tepuk pantatnya dan segera kuputuskan,
“ Tih.., kamu mau pindah ke rumahku? ”, tanpa pikir panjang juga dia
mengangguk. Kuturunkan dia dan saya merasa CD-ku seperti lembab dan
lengket,
“ Tih, entar dulu yah ”, sambil kubuka retsleting celana saya dan kuraba yang di balik CD-ku yaitu selangkanganku.
Jariku basah seperti ada jelly, Ada apa nih? Seketika kubuka agak
lebar dan saya melongok untuk melihatnya lebih jelas. Ratih meraih
jariku yang basah dan menghirup serta menjilatinya,
“ Enak, asin, gurih, harum selangit!, ” terpana saya melihat mulutnya yang bergetar ketika menggumamkan kata-kata itu.
Tangannya menuntunku memasuki celana ketatnya dan terus ke bawah dan
di balik CD-nya, basah juga. Kenapa kami, yah? Bingung juga yah saya
waktu itu. Hehehe, saya mulai menyukai permainan ini. Telapak tanganku
ternyata cukup menutupi selangkangannya, ia gesek-gesekkan dan saya
mulai menekan kemaluannya, jari tengahku mulai bermain-main
kesana-kemari.
Kembali Ratih menggeliat dan mengerang lirih. Duh, apa toilet ini
memang kosong yah? Gila juga nih anak, pakai acara mengerang segala
apalagi pakai menjerit.
Eh, seakan ia tahu apa yang kupikir, dia berhenti dan hanya menggigit
bibirnya. Saya tidak tahan, kulumat lagi bibirnya dan kubuka pelan
dengan mulutku, dan kami berpagutan lagi. Lidahku dan lidahnya berkaitan
dan lama.
Matanya terpejam dan akh.., saya menemukan daging kecil di dalam,
jariku menerobos dan mulai masuk sedikit. Tiba-tiba meluncur pertanyaan
di otakku, refleks kukatakan padanya,
“ Tih, kamu pernah melakukan beginian?, ”.
Ia menjawab pelan, “ Belum, Ndah, baru sama kamu, ”
“ Jadi kamu masih cewek, masih punya selaput? ”, ucap saya.
“ Iya, masih. Pelan aja Yan entar sakit, ”
“ Maaf, San. Lebih baik nggak sekarang, ada kuliah kan, ”
Kulihat Ratih kecewa, tapi demi amannya saja sih, padahal sungguh
saya bodoh sekali pelajaran biologi, jadi saya tidak tahu berapa jarak
selaput itu dari luar vagina. Kutarik jariku dan ia pun menjilatinya
sampai bersih. Ok, entar lagi. Nikmat juga jilatannya.
Singkat cerita, Ratih pindah ke rumah tinggalku dan dia tak mau beda kamar. Inginnya satu kamar denganku.
Yah, tidak apa-apa sih, lumayan ada yang menemani. Saya memiliki
kebiasaan bermain gitar di sore hari, karena hanya gitar yang bisa
kumainkan. Kini tiap kali saya mainkan senar gitar Ratih selalu menyanyi
merdu hanya untukku seorang. Terkadang saya duduk di kursi malas
beranda luar menghadap taman dalam. Ratih datang dan duduk mengangkangi
kedua kakiku.
Dia suka sekali memakai daster pendek di atas lutut dengan CD yang
terlihat bila angin bertiup agak kencang atau ketika ia mengangkat
kakinya. Pokoknya hal-hal mudah seperti itu sudah cukup merangsang
nafsuku. Apalagi bila malam tiba, Ratih memakai kimono sutra yang sekali
talinya kubuka, nampaklah semuanya. Tiap malam dia membuatkan saya susu
kegemaranku.
Saat saya asyik duduk di komputer sedang online atau mengerjakan
tugas, Ratih menghampiriku dan menempel di punggungku. Hal ini sangat
kusukai dan Ratih tahu itu. Saya merasakan lekukan bibir kemaluannya,
bukitnya dan ia menempelkannya, merenggangkannya Aghh… mengaduk-aduk
emosiku. Segera saya membalikkan badanku.
Kurengkuh tubuhnya dan kukempit kakinya dengan kedua pahsaya yang
kuat, kadang Ratih meronta dan saya pun melepaskannya, biasa kami
berlarian seperti dua orang kakak beradik bermain kejar dan tangkap.
Saya sungguh menyukai permainan ini. Kadang Ratih tiba-tiba mengerem dan
membalikkan tubuhnya dan tentu saja saya menubruknya dan jatuh bersama
bergulingan saling menindih.
Nafas kami yang tak beraturan karena berlari-lari saling memburu
dengan kecupan-kecupan yang semakin menambah ketidakberaturannya nafas
kami. Buah dada kami saling menggesek dan,
“ Berat ah… Ndah ”,
Saat itu saya lalu dengan sigap ganti posisi di bawah, dan ia
menyeringai puas karena Ratih sangat tahu saya sangat menyayanginya dan
tidak mau ia merasa sakit atau apapun. Dan mau tahu apa yang ia lsayakan
tiap itu terjadi? Ratih mengambil susu itu dan menuangkannya di
vaginanya dan saya menjilatinya hingga kepuasan yang amat sangat pada
kami berdua.
Coba saja deh atau kalau siang bisa saja pakai es sirup, dengan
dingin yang mengalir pelan rasakan. Kami saling menjaga, menyayangi, dan
berusaha memberikan kepuasan. Namun pernah suatu ketika ia sakit demam,
duh saya bingung sekali. Kukompres ia kalau panas dan kuselimuti ia
sewaktu dingin menyerangnya. Tapi ia tak mau selimut.
Dia mau tubuhku menyelimutinya dan sekali lagi ia sangat tahu kalau
saya benar-benar hanya bertindak sebagai penghangat tubuhnya dengan
kekhawatiran di wajahku yang sangat dihafalnya. Ratih sangat menyukai
sikapku yang melindungi dan menyayanginya. Sikap yang dapat membedakan
kapan bermain dan kapan harus menjaga dan merawat.
Ratih sangat akrab dengan keluargsaya, begitu juga saya. Keluarganya
dan keluarga saya telah saling mengenal dan tidak mempermasalahkan
hubungan kami. Saya bungsu dari empat bersaudara, kupunya 1 orang kakak
laki-laki dan 2 kakak perempuan sedangkan Ratih sulung dari tiga
bersaudara, 1 orang adik perempuan dan 1 orang adik laki-laki.
Kemana pun kami selalu berdua, ke supermarket beli bahan kebutuhan
sehari-hari, ke mall untuk cari pakaian atau keperluan lain, ke
toko-toko buku, ke bioskop buat nonton, dan lain-lain kecuali kalau saya
dan ia sedang memiliki aktivitas yang berbeda. Saya senang
berorganisasi dan berolah raga sedangkan ia suka melukis dan bermain
musik.
Dini hari saat fajar tiba, sambil tidur saya selalu merasakan sesuatu
yang berdenyut di bawah dan refleks saya menempel lekat ke tubuhnya,
entah itu punggung dengan sentuhan pantat hangatnya atau langsung perut
dengan bukit kembar dan selangkangan yang mengaitku. Ratih mengerti
kebiasaanku di setiap fajar dini hari dan kami pun saling menggesek.
Sekali merengkuh tubuhnya, ia jatuh menindihku dan berbaring tiduran
di tubuhku. Enak katanya, merasakan pelukanku yang hangat, maklum kota
ini lumayan dingin. Pokoknya kami melakukan itu kapan saja. Tidak ada
bosan-bosannya, soalnya kami mulai ahli sih. Kami mengubah posisi setiap
kali mulai bosan dan yahud juga!
Saya mulai mengerti apa yang namanya liang garba itu.
Wah, indah sekali, berapa jarak selaputnya, apa itu clitoris, dan
perlu dicatat, sampai kini selaput itu belum robek. Saya tidak mau kalau
ia sakit, jadi mulutku hanya mengecup, mengulum dan lidahku menjilati
agak ke dalam. Ia sangat menyenangi posisi di atas dan saya di bawah.
Terkadang saya bertahan cukup lama, kasihan Ratih sudah 2-3 kali keluar
baru saya keluar.
Kalau saya tentu saja suka posisi kaki saling mengait dan
selangkangan kami saling menempel dan bergesek semakin kencang, jadi
kami bisa orgasme bersama. Tahu kan caranya. Begini, kuangkat kaki
kirinya, kuselipkan kaki kiriku, dan kedua kaki kami saling membelit.
Posisi ini menyebabkan cairan kental dari kedua kemaluan kami yang
keluar bersamaan bercampur dan euunaak sekali.
Kadang dengan cara ini Ratih sudah sangat kewalahan mengatur nafas,
memekik dan menggeliat kencang, tempat tidurku pun berantakan tiap kali
kami main di kamar. Perlu dicatat, selesai permainan dan mandi, tempat
tidurku kembali sangat rapi karena Ratih orang yang sangat rajin dan
menjaga kebersihan. Tidak sepertiku, ceroboh.
By www.premier188.com
JUDI ONLINE TERPERCAYA
MENANG BERAPA PUN KAMI PASTI BAYAR
PROMO s/d akhir JUNI
FIRST DEPOSIT DAPAT TAMBAHAN KREDIT 15%
CASHBACK 6%
ROLLINGAN 0,25X3
ROLLINGAN CASINO 0,7%
MEMBER GET MEMBER 5%
Syarat dan ketentuan belaku
info lebih lanjut
BBM : D8A4BF4A
WA : +639772793847
LINE : premier188
YM : premier188@yahoo.com
Kalau di dapur saat dia memasak saya merengkuhnya dan mengecup lembut lehernya.
Saat itu serasa kami sepasang suami istri selayaknya, mendudukkannya
di meja dan biasa saya rentangkan kedua paha itu dan mulai mencumbuinya,
kubuka celana saya dan kugesekkan CD-ku ke CD-nya. Enak lho. Kalau kami
bermain di kamar mandi, yah seperti dua anak kecil yang
berteriak-teriak kegirangan saling menyiram tempat-tempat sensitif yang
sudah sangat kami hapal sambil menciumi tempat-tempat itu.
Bath-up yang sudah mulai terisi dengan busa sabun kuoleskan ke
seluruh tubuhnya, terutama di-xxx-nya, pelan karena saya takut kalau ada
apa-apa. Ratih senang sekali telentang di atas tubuhku,
“ Nyaman, Ndah?, ” katanya sambil mencari di mana pinggangku.
Lalu kupeluk erat ia, kurasakan gunungku menekan punggungnya dan satu
hal saya nggak senang posisi ketika ia membalikkan badannya tepat ke
arahku (di bath-up). Pernah ia coba dan saya tidak enjoy melihat
kesulitannya mencumbuiku. Permainan di beranda pun kami buat berbeda,
seperti sepasang kekasih yang tenang saling membelai dan menata taman
sambil tiduran di luar.
Saat itu kami sangat menikmati tidur di atas rumput yang lembut. Cuma
kadang saya sangat risih melihat semut. Jadi kami nggak begitu
memaksakan diri tiduran di taman. Atau saya cemburu dan takut sama
semut, kalau-kalau semut itu memasuki area xxx dan menggigit vagina
kekasihku. Aghhh… kan kasihan Ratih hanya bisa meringis kesakitan.
Nah, kalau yang ini, di tempat tidur kami seperti dua orang gila yang
selalu tergila-gila. Banyak posisi yang kami lsayakan, pasti kalau
dapat dengan alami melakukanya. Intinya cuma satu, ikuti kata hati,
kalau mau stop ya stop, mau nge-sun, sun saja, mau membelai, belai aja,
kalau mau maju yah maju, kalau mau ganti yah ganti posisi, begitu saja,
sepele.
Dan seperti telah menjadi suatu kewajiban bagi Ratih untuk selalu
membersihkan punysaya dan saya begitu juga, menjilati dan saling
menghangati kedua vagina kami dengan telapak tangan yang saling kami
selipkan di antara kedua paha kami dan hehehehe. Hangat kan, coba deh.
Pernah suatu ketika saya berkonsultasi ke seorang ahli dan beliaunya
menjawab kalau saya sebenarnya termasuk transexsual.
Saya ini berjiwa dan bertingkah seperti laki-laki namun bertubuh
wanita, jadinya setengah-setengah dengan hormon yang lebih banyak jenis
laki-laki. Yang umum sih salah satu lebih besar dan mengikuti hormon
kelaminnya. Kalau saya mau, kata beliaunya bisa saja bedah kelamin. Tapi
biaya yang dikeluarkan pun sangat besar. Yah, sudahlah saya seperti ini
saja.
Sampai selama ini Ratih selalu mendampingiku entah sampai kapan.
Sudah dua tahun ini saya nyambi bekerja di kontraktor dan saya
menikmatinya. Dengan gaji yang lumayan tinggi, saya sebenarnya sanggup
menghidupi kami berdua dengan 3 orang sekaligus, misalnya. Mungkin
selesai kuliah ini, selesai semuanya. Selesai.
No comments:
Post a Comment