Di suatu malam di sebuah ruangan rumah
sakit terlihat seorang dokter muda cantik sedang membereskan
berkas-berkas dan peralatan medisnya. Ia baru sebulan praktik sebagai
dokter umum, namun ia sering di tugaskan untuk jaga malam di fasilitas
gawat darurat. Walau sebenarnya enggan, namun karena tuntutan tugas ia
rela melakukanya. Hari sdh berangsur pagi, dan kini saatnya dokter muda
cantik itu untuk pulang.
“Sdh mau pulang, Dok?” Tanya seorang suster kepadanya ketika ia beranjak menuju pintu keluar rumah sakit.

“Iya neh, Sus. Makasih ya semalam sdh dibantu,” jawab dokter muda tersebut.
“Ah dokter bisa saja, itu kan memang sdh tugas saya untuk membantu dokter,” jawab sang suster sambil tersenyum manis. –cerita sex dokter–
“Sdh yah, saya pulang dulu. Laporan semalam sdh saya tinggalkan untuk Dokter Luthfia di ruangan.”
“Ah dokter bisa saja, itu kan memang sdh tugas saya untuk membantu dokter,” jawab sang suster sambil tersenyum manis. –cerita sex dokter–
“Sdh yah, saya pulang dulu. Laporan semalam sdh saya tinggalkan untuk Dokter Luthfia di ruangan.”
Setelah berbincang-bincang dgn suster
tadi, ia pun langsung melangkah menuju tempat parkir, di mana mobilnya
berada. Begitu masuk ke dlm mobil, ia langsung merebahkan pantatnya yg
padat di atas jok pengemudi, melepaskan segala kepenatan yg ia alami
semalam.
Tak lama kemudian, HP nya berdering, Sang dokter muda tersebut pun langsung mengangkatnya.
“Iya, Ada apa. Abi? …
Sofi baru selesai jaga, ini sdh mau pulang ke rumah.
Owh, abi mau pergi sama ummi. Yaudah ngga apa-apa, Sofi bawa kunci koq.
Iya, Abi hati-hati yah, assalamualaykum.”
Dokter muda tersebut bernama Sofiana
berusia 25 tahun, lulusan terbaik dari Fakultas Kedokteran sebuah
Universitas Islam di Jakarta. Tak hanya pintar dan cantik, ia jg
merupakan sosok wanita yg taat beragama. Sejak duduk di bangku SMA ia
telah menutup auratnya dgn jilbab lebar. Walau begitu, tetap saja wajah
cantiknya tak bisa disembunyikan.
Banyak para pria yg mencoba untuk
menjadi kekasihnya, bahkan melamarnya, namun semuanya ia tolak karena ia
ingin berkonsentrasi dahulu untuk melanjutkan kariernya. Sambil
berpraktik, ia jg tengah menjalani studi Spesialis Dokter Syaraf.
Dokter Sofi untuk sampai kerumahnya yg
berada di kawasan elite perkotaan hanya membutuhkan waktu 1 jam.
Rumahnya mewah, terdiri dari dua lantai dan terdapat pula kolam renang
di halaman belakang. Maklum saja, ayahnya adalah seorang pengusaha
sukses, sehingga ia mampu membelikan segalanya untuk Sofi, yg merupakan
anak satu-satunya. Mobil yg dikendarai Sofi jg dibelikan oleh sang ayah
saat Sofi masih duduk di bangku perkuliahan semester 3. Ayahnya selalu
memastikan Sofi agar bisa mendapatkan pendidikan yg tinggi dan fasilitas
hidup yg lengkap.
Sesampainya di rumah, Sofi langsung
menuju kamarnya yg berada di lantai atas dan langsung melepaskan semua
pakaian yg dikenakannya. Selanjutnya ia pun melepaskan kaitan BH nya,
dan membiarkan BH tersebut jatuh ke lantai. Perlahan ia melihat tubuh
bugilnya sendiri di depan cermin, ia memandangi buah dadanya yg kian
membesar. Warna putingnya belum begitu coklat, bahkan cenderung ke warna
merah muda. Namun bentuknya memang sdh begitu sempurna, dan untuk
menutupinya Sofi harus menggunakan BH berukuran 36B. Seringkali banyak
pria mulai dari teman kuliah hingga pasiennya di rumah sakit yg
memandangi bentuk dadanya, sekalipun masih tertutup jilbab dan jas
dokter.
Sebelum masuk ke kamar mandi, tak lupa
Sofi jg melepaskan CD nya yg berwarna merah muda. Dgn segera ia pun
menyiramkan air dingin ke seluruh tubuhnya, melepaskan rasa lelah
setelah semalaman bergadang menunggu pasien di rumah sakit. Ia menggosok
seluruh tubuhnya, termasuk pinggul dan kemaluannya yg dikelilingi
bulu-bulu tipis.
Game ONLINE Terpercaya Klik Disini
Selesai membersihkan tubuh, Sofi pun
mengenakan sebuah kaos lengan panjang dan rok berwarna hitam. Ia
sempatkan jg untuk melakukan perawatan wajah seadanya demi menjaga
kecantikan parasnya. Setelah ini ia sangat ingin memeluk guling dan
tidur seharian.
Namun keinginannya tersebut sepertinya
harus tertunda, karena tiba-tiba ia mendengar suara bel, tanda kalau ada
tamu yg datang. Sofi pun langsung memakai jilbab panjang model bergo yg
bisa langsung ia kenakan. Ia pun bergegas turun ke bawah dan menemui
sang tamu, walaupun dgn sedikit menggerutu karena waktu istirahatnya
jadi terganggu.
Ketika Sofi membuka pintu, ternyata yg
datang adalah Ustadz Usman, guru mengaji ayahnya yg sdh berusia 65
tahun. Ustadz Usman jg pernah mengajari Sofi mengaji ketika masih kecil.
Hari ini dia datang dgn baju koko warna cokelat muda dan celana panjang
kain.
“Assalamualaikum, Ustadz. Cari abi yah?” Tanya Sofi.
“Iya, Sofi. Abinya ada?”
“Wah, kebetulan abi sedang pergi.”
“Kira-kira perginya lama ngga ya?”
“Kalau itu Sofi ngga tahu. Mau tunggu dulu di dlm?”
“Hmm, boleh deh.”
“Iya, Sofi. Abinya ada?”
“Wah, kebetulan abi sedang pergi.”
“Kira-kira perginya lama ngga ya?”
“Kalau itu Sofi ngga tahu. Mau tunggu dulu di dlm?”
“Hmm, boleh deh.”
Sofi pun mempersilakan Ustadz Usman
masuk dan duduk di sebuah sofa panjang di ruang tamu. Biasanya ia paling
anti membolehkan pria yg bukan muhrim masuk ke rumahnya, apalagi ketika
ia sedang sendirian. Namun karena yg datang ini adalah guru mengaji
ayahnya, yg jg sdh dekat dgn keluarganya, Sofi pun membolehkannya masuk.
“Mau minum apa, Ustadz?” Tanya Sofi begitu Ustadz Usman duduk.
“Apa aja, yg penting ngga ngerepotin.”
“Ngga apa-apa koq Ustadz. Sofi buatkan teh yah,” ujar Sofi sambil berjalan menuju ke dapur.
“Apa aja, yg penting ngga ngerepotin.”
“Ngga apa-apa koq Ustadz. Sofi buatkan teh yah,” ujar Sofi sambil berjalan menuju ke dapur.
Di dapur, dgn cepat Sofi menuangkan air
panas dan memasukan teh celup ke dlm sebuah cangkir. Namun ketika ia
mencari gula, gadis itu tdk menemukannya. Ia pun bingung, tak mungkin ia
menyajikan teh tanpa gula, khawatir dianggap tdk sopan atau pelit.
Sofi melihat sekeliling dapur, dan
akhirnya ia menemukan sebuah botol berisi cairan berwarna hitam, seperti
madu. Ia pun mengambilnya dan mencicipi cairan di dalamnya. “Hmm, benar
ini madu, namun kenapa rasanya sedikit berbeda yah?” Entah mengapa
begitu meminum madu tersebut, tubuhnya jadi terasa hangat.
Namun Sofi tak mempermasalahkannya
karena memang tak ada pilihan lain, ia pun langsung memasukkan beberapa
sendok madu ke dlm cangkir dan mengaduknya.
Sofi kembali ke ruang tamu dgn membawa
nampan berisi secangkir teh. Dgn perlahan ia meletakkan cangkir tersebut
di atas meja, di hadapan Ustadz Usman.
“Terima kasih, Sofi.” Ujar Ustadz Usman sambil menyeruput teh hangat tersebut hingga setengah cangkir.
Pria tua tersebut langsung merasakan
rasa hangat yg menjalar ke seluruh tubuhnya. Terasa sedikit aneh, namun
ia sama sekali tak menaruh curiga.
“Sama-sama Ustadz. Kalau boleh tahu, ada perlu apa Ustadz dgn abi?” Tanya Sofi.
“Biasalah, bisnis. Kamu bagaimana prakteknya, lancar?”
“Alhamdulillah lancar Ustadz. Banyak sih pasien yg datang, tp semuanya bisa ditangani dgn baik.”
“Baguslah kalau begitu.” Ustadz Usman kembali menyeruput teh yg dibuat Sofi.
“Biasalah, bisnis. Kamu bagaimana prakteknya, lancar?”
“Alhamdulillah lancar Ustadz. Banyak sih pasien yg datang, tp semuanya bisa ditangani dgn baik.”
“Baguslah kalau begitu.” Ustadz Usman kembali menyeruput teh yg dibuat Sofi.
Kali ini Ustadz Usman kembali merasakan
rasa hangat, yg semakin kuat saja. Ia memandang Sofi yg pernah ia ajar
mengaji ketika kecil, sekarang telah berubah menjadi seorang wanita
dewasa yg seksi. Tanpa sadar kemaluannya jadi membesar. Ia pun berusaha
menutupi selangkangannya dgn tangan, menghalanginya dari pandangan Sofi.
Apa yg akan dikatakan Sofi nanti jika tahu otong-nya sedang berdiri.
“Astaghfirullah,” gumam Ustadz Usman ketika ia merasa pikiran kotor sdh mulai masuk di pikirannya.
“Ustadz tdk apa-apa? Koq kayak sakit begitu?” Tanya Sofi.
“Ngga apa-apa koq Sofi.” Ustadz Usman terpaksa berbohong.
“Ustadz tdk apa-apa? Koq kayak sakit begitu?” Tanya Sofi.
“Ngga apa-apa koq Sofi.” Ustadz Usman terpaksa berbohong.
Sebenarnya ia merasakan jantungnya
tiba-tiba bedegup lebih kencang, dan keringatnya pun mulai bercucuran.
Pandangannya yg biasanya hanya sebatas pada wajah Sofi, kini mulai
mengarah ke buah dada dan paha Sofi yg tampak begitu indah. Sungguh
indah sekali buah dadamu, Sofi. Pahamu jg tampak bohai, begitu isi hati
Ustadz Usman.
“Benar ngga apa-apa Ustadz?” Sofi tak percaya dan mulai mendekat ke arah tempat duduk Ustadz Usman.
Ia pun duduk di sebelah Ustadz Usman dan
mengecek suhu tubuh Ustadz Usman dgn cara meletakkan tangannya di
kening Ustadz Usman. Nalurinya sebagai dokter membuatnya tak nyaman
apabila di dekatnya ada yg merasa sakit, terlebih bila yg merasa sakit
adalah guru mengaji ayahnya sendiri.
Namun gerakan tubuh Sofi yg sebenarnya
sangat biasa tampak berbeda di mata Ustadz Usman. Ia merasakannya
sebagai godaan, yg kemudian membuat kemaluannya makin membesar. Ia mulai
menyadari kalau dokter muda yg di hadapannya benar-benar jelita dgn
bentuk tubuh yg sempurna. “Benar koq Sofi, gak apa-apa.”
“Coba Sofi cek dulu tekanan darah
Ustadz. Tunggu sebentar, Sofi ambil alatnya dulu.” Ujar Sofi sambil
menuju ke kamarnya di lantai atas.
Tanpa ia sadari, Ustadz Usman yg sdh
menaruh birahi padanya tak melepaskan pandangannya dari bokong Sofi yg
indah. Apalagi ketika Sofi menaiki tangga di mana betisnya yg putih
beberapa kali terlihat dari tempat Ustadz Usman duduk.
Ustadz Usman sempat berpikir untuk
pergi, karena situasi ini sepertinya sdh tdk bisa ia tangani. Entah
mengapa ia jadi begitu bergairah pada Sofi, putri dari murid dan jg
sahabatnya sendiri. Memang sdh cukup lama ia tdk bermain cinta dgn
istrinya yg jg sdh tua, namun biasanya ia mampu menahan gairahnya kepada
wanita yg bukan istrinya. Ia curiga dgn minuman yg baru saja ia minum,
namun sepertinya itu hanya teh biasa. Apa mungkin Sofi menjebaknya untuk
menyetubuhinya? Pikiran itu malah membuat Ustadz Usman jadi semakin
bergairah.
Tak lama kemudian, Sofi kembali dari
lantai atas dgn sebuah alat pengukur tekanan darah. Ia pun kembali duduk
di samping Ustadz Usman, membuat pria tua tersebut jadi semakin
deg-degan.
“Maaf yah, Ustadz. Coba tolong di buka lengan bajunya,” Ujar Sofi sambil memasangkan alat tersebut di lengan Ustadz Usman.
Ia pun kemudian memasangkan alat seperti
stetoskop di telinganya. Sofi memasangnya dgn cara memasukkan alat
tersebut dari balik jilbabnya.
Dgn serius, Sofi mengecek tekanan darah
Ustadz Usman. Sementara itu, yg diperiksa malah semakin tinggi tekanan
darahnya karena degup jantungnya yg semakin kencang. Harum tubuh Sofi yg
baru selesai mandi membuatnya semakin terangsang hebat. Ia merasakan
gairahnya sdh tdk bisa terbendung lagi. Apalagi ketika ia melihat bentuk
payudara yg tercetak di jilbab Sofi.
“Sepertinya normal-norma saja tekanan
darahnya, Ustadz. Cuma sedikit tinggi saja, tp …. Ooooooooorrrggghhh,
Ustaaaddz, apa yg ustadz lakukan?” Sofi baru selesai meletakkan
peralatannya ketika tiba-tiba Ustadz Usman menyergap dan menindihnya di
atas sofa panjang tempat mereka duduk.
Spontan ia berteriak dan memberontak, berusaha melepaskan diri dari dekapan Ustadz yg sdh dimabuk birahi tersebut.
“Maaf, Sofi. Tp saya sdh tdk tahan lagi,
tubuhmu benar-benar seksi dan menggairahkan.” Ujar Ustadz Usman sambil
berusaha mencium bibir Sofi yg terbuka, menutupnya agar tdk lagi
berteriak.
Walau mulutnya tertutup oleh mulut
Ustadz Usman, namun Sofi tetap mencoba memberontak untuk melepaskan
diri. Ia tak menygka kalau Ustadz yg sangat ia hormati sampai tega
menjamahi tubuhnya. Sofi begitu takut kalau hari ini akan berakhir dgn
terenggutnya keperawanannya yg suci. Tanpa ia sadari air matanya mulai
merembes keluar.
Dgn beringas, Ustadz Usman terus
menggumuli tubuh indah Sofi, dan berusaha menahan rontaan gadis cantik
tersebut. Tangannya yg bebas menarik ujung rok yg dikenakan Sofi ke
atas, membuat paha Sofi yg putih itu terbuka. Ustadz Usman langsung
meletakkan tangannya yg mulai keriput di atas paha indah tersebut, dan
merasakan kulit Sofi yg begitu halus. Ia mengusapnya naik turun, makin
lama makin ke atas mendekati kemaluan Sofi.
“Kulitmu halus sekali Bu Dokter, bikin
kontol Ustadz jadi tegang,” akhirnya keluar jg kata-kata kotor yg sedari
tadi ditahan oleh Ustadz Usman.
Sebenarnya Ustadz Usman memang lelaki yg
suka perempuan muda. Namun selama ini ia selalu bisa menahan diri atau
tdk punya kesempatan untuk melakukan apa yg ia lakukan sekarang. Baru
sekarang ia terjebak ke dlm pusaran birahi yg dlm, hingga akhirnya
berkata-kata nakal seperti itu.
“Biadab kau Ustadz, kalau Abi dan Umi tahu kau pasti akan dibunuh.” Teriak Sofi.
“Jangan gegabah, Bu Dokter. Orang tuamu gak akan percaya kalau saya yg sdh bertahun-tahun mengajari ayahmu mengaji akan melakukan hal ini. Paling kau yg akan dituduh telah berbuat zina dgn teman-teman priamu, atau mungkin dgn pasienmu?” Ujar Ustadz Usman sambil tertawa. Kata-kata itu meluncur begitu saja. Ia sendiri sdh kehabisan akal untuk membuat Sofi menyerah.
“Jangan gegabah, Bu Dokter. Orang tuamu gak akan percaya kalau saya yg sdh bertahun-tahun mengajari ayahmu mengaji akan melakukan hal ini. Paling kau yg akan dituduh telah berbuat zina dgn teman-teman priamu, atau mungkin dgn pasienmu?” Ujar Ustadz Usman sambil tertawa. Kata-kata itu meluncur begitu saja. Ia sendiri sdh kehabisan akal untuk membuat Sofi menyerah.
Sofi merenungi kata-kata Ustadz Usman
dan begitu takut kalau apa yg ia katakan menjadi kenyataan. Sejak dulu
ayahnya memang telah belajar mengaji pada Ustadz Usman, bahkan mereka
berdua sering berbisnis bersama. Tak ada bukti yg bisa menunjukkan kalau
Ustadz Usman melakukan tindakan tercela ini. Ia pun menjadi bingung.
Di saat yg sama, Sofi merasakan tangan
Ustadz Usman terus bergerilya dgn binal di atas pahanya, bahkan hingga
selangkangannya. Elusan dan rabaan yg kasar itu membuatnya ikut
terangsang. Sofi yg memang tdk pernah mempunyai pacar, selama ini hanya
bisa membayangkan bagaimana nikmatnya bercumbu dgn lawan jenis. Kini ia
pun merasakannya, bahkan tak hanya bercumbu, namun ia langsung digumuli
dan di awal sebuah persetubuhan. Hal ini membuatnya begitu kaget hingga
birahinya seperti akan meledak.
“Hentikan Ustadz biadab, aku benci kamu aku benciiiiiiii …”
“Benci? Benar-benar cinta? Hahahahahahahha … Lebih baik kau menyerah saja Riska, agar kita bisa menikmati kebersamaan kita dgn lebih nyaman.
“Benci? Benar-benar cinta? Hahahahahahahha … Lebih baik kau menyerah saja Riska, agar kita bisa menikmati kebersamaan kita dgn lebih nyaman.
Ustadz jamin kamu pasti akan ketagihan dgn kenikmatan yg Ustadz berikan, hahahahahahahaha …”
“Dasar ustadz kurang ajar … !!!” Sofi melepaskan teriakannya yg paling keras.
Namun karena rumah tersebut kosong,
serta jauh dari tetangga, suara teriakan Sofi pun tak ada yg mendengar.
Sofi pun berusaha meronta sekuat tenaga, namun ia masih tak berdaya di
bawah kungkungan tubuh Ustadz Usman yg cukup bertenaga.
Jemari Ustadz Usman mulai bermain di
atas celana dlm Sofi yg berada di balik rok panjangnya. Pria tua itu
melakukannya sambil menciumi pipi dan leher Sofi. Tubuh sintal dokter
muda tersebut ia peluk erat agar tdk lagi meronta.
Sofi masih terus berjuang, walaupun
tenaganya sdh mulai berkurang. Ia kini mencoba untuk mencakar punggung
Ustadz Usman, namun gagal karena baju yg dikenakan Ustadz Usman ternyata
cukup tebal. Ia hampir kehabisan ide untuk lepas dari kondisi berbahaya
ini.
Ustadz Usman mulai menjilati wajah Sofi,
sekalipun Sofi ngotot untuk memejamkan mata dan terus menolehkan
kepalanya ke kiri dan kanan. Namun Sofi tampak terkejut ketika Ustadz
Usman mulai meremas-remas bokongnya dari balik rok. Bokong padat yg
berbentuk bulat tersebut sama sekali belum pernah disentuh oleh
siapapun, hingga hari ini. Ustadz Usman meremasnya dgn sekuat tenaga,
berusaha membangkitkan gairah Sofi. Tak cukup dgn begitu, pria tua itu
pun menarik celana dlm Sofi hingga terlepas.
“Montok banget pantatmu, Bu Dokter. Bikin aku jadi tambah sange ajaa …”
“Aaahhhhh, apa yg kau lakukan. Jahanaaaaammmm …” Sofi kembali meronta ketika Ustadz Usman meloloskan CD-nya hingga terlepas.
“Aaahhhhh, apa yg kau lakukan. Jahanaaaaammmm …” Sofi kembali meronta ketika Ustadz Usman meloloskan CD-nya hingga terlepas.
Kemaluannya kini sdh terbuka lebar. Ia
pun memberontak menendang-nendangkan kakinya berusaha untuk melepaskan
dari dekapan Ustadz Usman.
Rontaan itu baru berhenti ketika tangan
kanan Ustadz Usman meremas kemaluannya dari balik rok. Gundukan indah yg
berbulu tipis itu tertutupi seluruhnya oleh tangan Ustadz Usman,
termasuk kemaluan suci Sofi yg mulai berdenyut pelan. Sofi pun terdiam,
tangan tersebut adalah tangan pertama yg menyentuh kemaluannya dan
ternyata rasanya begitu geli.
“Tolong hentikan, Ustadz … Aku
mohooonnn, jangan ambil keperawananku.” Rintih Sofi memelas,
mengharapkan rasa kasihan dari Ustadz Usman. Perlawanannya sdh mulai
mereda, namun keinginan untuk lepas dari pelukan Ustadz Usman tetaplah
ada.
Namun semuanya sdh sia-sia. Ustadz Usman
sdh begitu dimabuk birahi hingga kehilangan akal sehatnya. Ia telah
lupa kalau ia merupakan seorang ustadz yg seharusnya menjadi panutan dlm
beragam, bukannya malah merusak masa depan seorang gadis muda.
“Justru karena kau masih gadis, makanya
aku ingin jadi yg pertama menyetubuhimu, Bu Dokter.” Ujar Ustadz Usman
dgn wajah menyeringai yg tanpak mesum.
“Sdh lama aku tdk mendapatkan kenikmatan menembus keperawanan seorang wanita.”
“Sdh lama aku tdk mendapatkan kenikmatan menembus keperawanan seorang wanita.”
Di bawah, Ustadz Usman mulai memasukkan
jari telunjuknya ke dlm kemaluan Sofi, membuat pemiliknya yg cantik itu
terpaksa mengeluarkan desahan,
“aaaahhhh, hentikan ustadz …”
Ustadz Usman berusaha menutup mulut Sofi
dgn cara menciumnya. Ia pun menarik kepala Sofi yg berbalut jilbab
panjang dgn tangan kirinya, agar jadi semakin dlm ciumannya. Dekapan itu
membuat Sofi semakin terlena. Ia yg tak terbiasa pun mulai merasakan
gejolak di selangkangannya.
Ustadz Usman terus menggerak-gerakkan
telunjuknya di dlm kemaluan Sofi, sambil menggelitik itilnya. Kemaluan
tersebut perlahan tp pasti mulai basah dgn cairan cinta. Tahu korbannya
mulai menyerah, Ustadz Usman malah semakin memperkuat kobelannya.
“Tadi nolak, tp koq malah basah sih Bu Dokter, hahahahahahahaa”
Lama kelamaan, Sofi pun semakin tak kuat
menahan gejolaknya, tubuhnya menegang, matanya terpejam, tangannya yg
tadinya mencakar ganti meremas punggung Ustadz Usman, kakinya terjulur
lurus …. Dan,
“oooooohhhhhhhhhhhhhhh.” Sebuah desahan panjang menandai orgasme yg melanda Sofi.
Ustadz Usman memanfaatkan situasi itu
untuk memeluk lebih erat tubuh Sofi. Ia melumat bibir akhwat cantik itu
lebih dlm, dan tangannya yg baru saja ia gunakan untuk mengobel vagina
Sofi ia alihkan untuk meremas payudara Sofi. Cairan cinta yg masih
menempel di jarinya pun ikut membasahi kaos lengan panjang yg dikenakan
Sofi.
“Duhh, besar sekali buah dadamu, Bu Dokter. Pasti nikmat neh kalau aku hisap-hisap putingnya”
Dgn perlahan, Ustadz Usman meremas
payudara Sofi yg bulat dan besar. Sesekali ia naikkan posisi tangannya
hingga menyentuh leher dokter cantik tersebut, mencoba menggelitik.
Sementara itu, Sofi masih menikmati gelombang orgasme yg menderanya.
“Ampuni Sofi, Ustadz. Tolong sdhi ini, ini zina, ini terlarang di agama kita …” Desah Sofi di sela-sela pelepasan birahinya.
“Tp kau menikmatinya kan sayang, buktinya kau sampai orgasme. Kau tak akan orgasme kalau kau tdk menginginkannya,” bisik Ustadz Usman di telinga Sofi. Hembusan napas Ustadz Usman di telinganya membuat Sofi semakin birahi.
“Tp kau menikmatinya kan sayang, buktinya kau sampai orgasme. Kau tak akan orgasme kalau kau tdk menginginkannya,” bisik Ustadz Usman di telinga Sofi. Hembusan napas Ustadz Usman di telinganya membuat Sofi semakin birahi.
Sofi pun memejamkan mata, ia sadar kalau
mimpi buruknya baru saja dimulai. Remasan Ustadz Usman di payudaranya
makin lama semakin kencang saja. Entah mengapa, namun Sofi merasakan
begitu nikmat, seperti melayg. Ia pun sdh mulai melupakan jati dirinya
sebagai seorang dokter muslimah yg suci.
Merasa Sofi sdh kian pasrah, Ustadz
Usman pun memberanikan diri untuk melepas rok yg dikenakan Sofi. Sempat
menolak, namun pantat Sofi terangkat jg ketika Ustadz Usman meremas
kembali payudaranya. Rok panjang itu pun terlepas dan berserakan di
lantai, menyingkap vagina suci Sofi hingga jelas terlihat.
Ustadz Usman mendudukkan Sofi di atas
sofa, sedangkan dia sendiri turun ke bawah dan mulai mengelus-elus betis
dan paha Sofi yg halus dan indah. Perlahan ia mendekatkan kepalanya ke
selangkangan Sofi dan menggesek-gesekkan hidungnya di vagina Sofi.
Vagina itu masih berbau cairan cinta segar, bekas orgasme pertama yg
dialami Sofi.
Tak menunggu lama, Ustadz Usman pun
langsung menjulurkan lidahnya untuk menjilat kemaluan dokter cantik
tersebut. Ustadz Usman sepertinya sdh terbiasa memuaskan wanita,
terlihat dari begitu gesitnya ia memainkan titik-titik sensitif di tubuh
Sofi.
“Aaahhhh … Sdh Ustadz, saya gak tahaaaannnn,” Sofi hanya bisa memejamkan mata diperlakukan begitu oleh Ustadz Usman.
Tanpa ia inginkan, tangannya justru
menekan kepala Ustadz Usman agar lebih dlm menekan ke vaginanya. Ia
tampak puas dgn permainan oral sex yg dipraktekkan Ustadz Usman.
“Mmmppphhhhhhh…”
“Gmana Bu Dokter? Nikmat kan jilatan saya … Ini belum seberapa lho, apalagi kalau Dokter mau dijilat pake kontol saya,” lidah tua Ustadz Usman sepertinya masih begitu bertenaga untuk memberi kepuasan kepada Sofi. Pinggul Sofi pun ikut naik turun seperti meminta untuk terus diberi kenikmatan.
“Gmana Bu Dokter? Nikmat kan jilatan saya … Ini belum seberapa lho, apalagi kalau Dokter mau dijilat pake kontol saya,” lidah tua Ustadz Usman sepertinya masih begitu bertenaga untuk memberi kepuasan kepada Sofi. Pinggul Sofi pun ikut naik turun seperti meminta untuk terus diberi kenikmatan.
15 menit liang kenikmatanya dijilati, ternyata sdh cukup untuk membangkitkan birahi muda Dokter Sofi ke puncaknya yg tertinggi.
Ia pun menegang ketika Ustadz Usman
memasukkan lidahnya ke dlm vagina Sofi dlm-dlm. Sofi kembali menekan
kepala Ustadz Usman, badannya melengkung ke depan, kemudian …
“Mmmpphhhhh, oooohhhhh, kamu gila ustaaaaaaddzzz !!”
Sofi kembali merasakan orgasme yg kedua,
kali ini dgn dibantu lidah Ustadz Usman. Tanpa merasa jijik, ustadz
berusia 65 tahun itu pun langsung menghisap cairan vagina yg keluar dari
tubuh Sofi. Ia pun sampai menjilati sisa-sisa cairan yg menetes di kiri
dan kanan selangkangan dokter cantik yg lebih pantas sebagai anaknya
tersebut.
Ustadz Usman membiarkan Sofi menikmati
orgasmenya selama beberapa menit, sebelum akhirnya ia kembali merebahkan
Sofi di atas sofa. Dua kali orgasme membuatnya jadi begitu lemas untuk
melawan, dan lebih memilih untuk menikmati rangsangan demi rangsangan yg
diberikan Ustadz Usman.
Melihat tubuh Sofi yg sedang terbaring,
dgn bagian bawah tubuh yg terbuka, membuat gairah Ustadz Usman semakin
meninggi saja. Berbeda dgn Sofi yg sdh 2 kali orgasme, Ustadz Usman sama
sekali belum merasakan kenikmatan. Ia pun membuka celana panjang dan
celana dlm yg ia kenakan hingga penisnya menjulang keluar.
“Ahhh … ” jerit Sofi ketika melihat kemaluan Ustadz Usman yg masih begitu besar di usia senjanya.
Sofi sering melihat penis saat ia
menjalani studi di sekolah kedokteran, namun belum ada yg bentuknya
besar dan dlm keadaan sangat tegang seperti ini. Karena itu Sofi pun
tersadar dan hendak kabur dari Ustadz Usman.
“Heitss … Mau ke mana kamu Bu Dokter?”
Ternyata gerakan Sofi masih kalah cepat. Belum sempat ia kabur, Ustadz
Usman telah terlebih dahulu merangkul pinggulnya dari belakang.
Ustadz Usman pun langsung menarik Sofi ke dlm dekapannya.
“Ampuni Sofi, Ustadz. Sofi janji gak akan bilang siapa-siapa. Kasihani Sofi yg masih gadis ini …”
“Tenang saja, Cantiii. Saya gak akan menyakiti kamu koq. Saya cuma ingin bersenang-senang …” Ujar Ustadz Usman sambil menciumi leher Sofi yg masih berbalut jilbab.
“Tenang saja, Cantiii. Saya gak akan menyakiti kamu koq. Saya cuma ingin bersenang-senang …” Ujar Ustadz Usman sambil menciumi leher Sofi yg masih berbalut jilbab.
Tangan Ustadz Usman pun masuk ke balik
kaos lengan panjang Yg dikenakan Sofi dan mengusap-usap sepasang gunung
kenikmatan milik Sofi yg masih tertutup bra.
“Ooohhh, Ooohhh, sdh Ustadz.
Hentikaaaannn … Oh Oh Oh ” larangan Sofi yg diselingi dgn desahan itu
malah membuat nafsu Ustadz Usman semakin bergejolak. Ia pun makin
mengencangkan remasannya pada payudara Sofi.
“Kenyal sekali sih Buah dadamu Bu Dokter, pernah diremas-remas sama pasien kamu gak?” Ucapan Ustadz Usman semakin kotor saja, seiring nafsunya yg kian memuncak.
“Kenyal sekali sih Buah dadamu Bu Dokter, pernah diremas-remas sama pasien kamu gak?” Ucapan Ustadz Usman semakin kotor saja, seiring nafsunya yg kian memuncak.
Sofi pun merasakan dorongan penis Ustadz Usman dari arah belakang pada pantatnya yg terbuka.
“Ampun ustaaaaaaddzz, Ooohh … Ooohh ”
Sofi berteriak kencang ketika Ustadz Usman mengeluarkan payudaranya dari
bra, dan memilin-milin putingnya. Hal itu membuat Sofi menggelinjang
hebat.
Seakan sdh tak tahan untuk dipuaskan,
Ustadz Usman kembali merebahkan Sofi di atas sofa dan merenggangkan
selangkangannya. Vagina Sofi yg selalu terawat pun kembali terekspos di
hadapan Ustadz Usman.
“Indahnya … ” gumam Ustadz Usman sambil menindih tubuh indah Sofi.
Dokter muda nan jelita itu pun hanya
bisa pasrah ketika Ustadz Usman mulai mengarahkan penisnya ke bibir
vaginanya. Ia tahu ini semua akan terjadi, walau ia masih ingin
melepaskan diri dari situasi ini.
“Ustaaaaddzzz …” Lirih Sofi sambil
meneteskan air mata. Kesucian yg ia jaga selama ini, sebentar lagi akan
pupus di ujung kemaluan seorang Ustadz yg selama ini ia hormati.
Tak peduli akan rintihan dan tangisan
Sofi, Ustadz Usman mulai menggesek-gesekkan penisnya di selangkangan
Sofi. Kulup penisnya yg sdh disunat tampak menyundul-nyundul belahan vagina
yg merekah. Sofi merasakan rasa geli yg sangat, apalagi ketika ujung
penis Ustadz Usman yg besar mulai menyelinap masuk ke dlm liang
kesuciannya.
Sofi masih mencoba berontak, walau
gagal. Ia menggoyangkan seluruh tubuhnya untuk menghindar, namun hal itu
malah memudahkan penis Ustadz Usman untuk masuk lebih dlm, lebih dlm,
dan lebih dlm lagi.
“Aaarreggghhhh …. Nikmatnyaaaaa” desah Ustadz Usman ketika penisnya sdh terbenam di dlm kemaluan Sofi yg masih begitu sempit.
Ia lihat wajah dokter cantik itu,
matanya terpejam, dan bibirnya sedikit terbuka. Tanpa ampun, Ustadz
Usman kembali melimat bibir indah tersebut dgn penuh birahi.
“Nikmat sekali vagina kamu, Bu Dokteeeerrr …” Bisik Ustadz Usman di sela-sela ciuman mesranya di bibir Dokter Sofi.
Sambil mendekap tubuh Dokter Sofi yg
sintal, Ustadz Usman mulai menggerak-gerakkan pinggulnya maju mundur. Ia
mulai dgn begitu perlahan, agar gadis muda itu tdk merasa kesakitan. Ia
tdk bisa membedakan apakah Sofi sedang merintih atau mendesah, karena
bibir Sofi masih ia lumat. Lama kelamaan, gerakan tersebut makin cepat,
dan terus makin cepat.
Sofi tak bisa menygkal kalau
persetubuhan yg pertama dialaminya ini benar-benar nikmat. Kemaluannya
seperti dibuat geli, dgn tersentuhnya seluruh syaraf-syaraf sensitif di
dalamnya. Rasa nikmat itu menjalar ke seluruh tubuhnya, membuat
jantungnya berdegup kencang, puting payudaranya mengeras, dan pinggulnya
mulai bergerak seolah minta terus dipuaskan. Desahan demi desahan mulai
keluar dari bibir manisnya, sebagai tanda kalau ia ikut menikmati
persenggamaan ini, sekalipun hati kecilnya menolak.
“Benar kan, Cantik. Nikmat dientotin
Ustadz seperti ini, hahaha” Ustadz Usman masih sempat menertawai
kekalahan Sofi dlm pertempuran birahi ini.
Ia senang karena Dokter cantik tersebut
kini sdh tunduk dan pasrah ia kuasai kemaluannya. Ia pun
menggoyang-goyang kemaluannya dgn lebih liar, terkadang ia jg
memutar-mutar penisnya di dlm vagina Sofi.
“Hentikan, ustadz, aaahhh ah ahh, nikmat ustadz, tp hentikaaaann, Oooohhhh”
“Jadi lanjutkan atau hentikan neh?” Tanya Ustadz Usman sambil terus menggenjot memek Sofi yg terus berdenyut.
“Ini salah Ustadz, ini zina … Tp nikmat, ooohhhhh” Sofi mulai mengikuti irama pinggul Ustadz Usman, berusaha menuntaskan birahinya yg baru kali ini bisa dilepaskan.
“Jadi lanjutkan atau hentikan neh?” Tanya Ustadz Usman sambil terus menggenjot memek Sofi yg terus berdenyut.
“Ini salah Ustadz, ini zina … Tp nikmat, ooohhhhh” Sofi mulai mengikuti irama pinggul Ustadz Usman, berusaha menuntaskan birahinya yg baru kali ini bisa dilepaskan.
Wajah cantiknya yg berbalut jilbab panjang sebenarnya terlihat begitu suci, namun Sofi malah menunjukkan ekspresi yg binal.
“Saya bilang jg apa, Bu Dokter … Neh,
terima tusukan kontol saya,” Ustadz Usman makin bersemangat saja
menyetubuhi dokter muda tersebut. Tubuhnya yg masih ranum membuatnya
jadi sasaran birahi yg begitu nikmat.
Ustadz Usman pun merasakan kalau birahinya sendiri jg akan meledak.
Sekarang ruang tamu tersebut hanya diisi
suara desahan dan erangan dari 2 insan berbeda jenis kelamin dan
berbeda usia. Yg satu adalah seorang Ustadz ahli agama yg terpandang,
sedangkan yg satunya adalah dokter muda yg cantik, pintar, dan alim.
Namun keduanya telah menyatu dlm sebuah pertarungan birahi yg penuh
kenikmatan. Keduanya mengarungi perlayaran gairah yg terlarang hingga
hampir mencapai puncaknya.
Ketika penisnya terasa akan meledak,
Ustadz Usman pun menekan penisnya lebih dlm lagi. Sadar vaginanya akan
dihujani air kenikmatan terlarang, Sofi pun kembali menggeliat,
“jangan keluarkan di dlm Ustadz, aku mohoooonnn …. Ooohhhh”
“Sdh jangan banyak omong, nikmati saja dokter cabul.” Seru Ustadz Usman sambil menekan lebih dlm.
“Sdh jangan banyak omong, nikmati saja dokter cabul.” Seru Ustadz Usman sambil menekan lebih dlm.
Tubuh Sofi ikut menegang, ia balas
memeluk dan menjambak rambut Ustadz tua tersebut yg masih memakai baju
koko. Birahinya jg ikut terpancing merasakan tubuh Ustadz Usman yg kian
tegang. Ia rasakan penis Ustadz Usman semakin hangat, semakin membesar,
daaaaannn ….
“Aaaaahhhhhh …” Ustadz Usman setengah
berteriak ketika penisnya menyemburkan ribuan sperma ke dlm kemaluan
Sofi yg sempit dan legit. Ia pun menanamkan penisnya sedalam mungkin
agar lebih bisa menikmati kepuasan tersebut.
Sementara di bawahnya, tampak Sofi yg
memalingkan muka, dan hanya pasrah ketika vaginanya dihujani mani oleh
Ustadz Usman. Dlm hati ia pun ikut menikmatinya, bahkan ia jg ikut
orgasme, walaupun tdk sehebat ketika orgasme pertama dan keduanya. Namun
dokter muda itu tak ingin menunjukkannya pada Ustadz Usman.
Melihat itu, Ustadz Usman pun menarik
kepala Sofi dan mencium bibir seksi dokter cantik tersebut. Pria tua itu
melakukannya sambil tetap menanamkan penisnya di vagina Sofi, dan
memuncratkan sisa-sisa spermanya. Ustadz Usman mulai membelitkan
lidahnya ke lidah Sofi, serta menyelipkan tangannya untuk kembali
meremas-remas payudara Sofi.
Sofi pun jadi tdk tahan dibuatnya. Ia
pun balas membelit lidah Ustadz Usman dan memeluk tubuh renta pria tua
tersebut. Ia bahkan membelitkan kakinya ke pinggul Ustadz Usman. Sofi
seperti lupa statusnya sebagai dokter muda yg suci.
Setelah puas dgn kenikmatan yg ia terima
dari vagina Sofi, Ustadz Usman pun mengeluarkan penisnya. Terlihat
cairan sperma yg bercampur darah keluar dari kemaluan dokter cantik
tersebut.
“Ternyata kamu bener-bener perawan yah
Bu Dokter. Pantes legit banget memeknya,” ujar Ustadz Usman dgn muka
mesum. Sofi hanya memejamkan mata, ia masih menikmati orgasme yg kembali melandanya.
Ustadz Usman pun berinisiatif untuk
menggendong Sofi ke kamarnya. Ia pun membantu dokter cantik tersebut
membersihkan diri di kamar mandi yg ada di dlm kamar, sambil keduanya
akhirnya bermain cinta kembali di kamar mandi, dan kamar tidur Sofi.
Beruntung, ayah dan ibu Sofi baru kembali pada sore hari, sehingga
mereka berdua punya waktu cukup untuk membersihkan sisa-sisa pertarungan
mereka.
Ketika Ustadz Usman telah pergi, barulah
Sofi kembali ke kamar dan menyesali perbuatannya. Ia menyesal telah
jatuh ke dlm dekapan Ustadz cabul tersebut. Ia menyesal telah belajar
agama dan mengagumi ustadz tersebut, yg akhirnya malah merenggut
keperawanannya. Ia menyesal dgn semua yg terjadi pada dirinya. Ia pun
menangis hingga pipinya yg mulus dibanjiri air mata.
Namun jauh di dlm hatinya, ia tak bisa
menampik kalau Ustadz Usman telah memberikan sensasi yg unik, sebuah
kenikmatan yg belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kini, ia sdh terlanjur
tak perawan, apakah itu artinya dia bisa merasakan kenikmatan serupa di
lain waktu. Ahh, tp apa kata suamiku nanti jika tahu istrinya sdh tdk
perawan. Memikirkan hal itu, Sofi kembali menangis. Ia mengurung diri
dlm kamar, bahkan sampai orang tuanya tiba.
“Sofi, ayo keluar. Makan dulu,” ujar ibunda Sofi memanggil anaknya yg masih mengunci diri di dlm kamar.
“Sofi gak laper, Ummi. Ummi sama Abi makan aja duluan,” jawab Sofi dari dlm kamar.
“Baiklah, tp jangan lupa makan yah.” -cerita sex hot-
“Ummi, ini siapa yg memindahkan madu perkasa abi?” Tanya ayah Sofi begitu istrinya turun dari lantai atas.
“Hmm, Ummi gak mindahin koq. Abi mungkin salah naro, teruz lupa.”
“Masa iya abi lupa, bener koq kemarin naruhnya ngga di sini. Kan kemarin abi taro di situ, terus abi ke kamar samperin ummi.”
“Samperin ummi, terus ngapain?” Ujar ibunda Sofi dgn nakal.
“Sofi gak laper, Ummi. Ummi sama Abi makan aja duluan,” jawab Sofi dari dlm kamar.
“Baiklah, tp jangan lupa makan yah.” -cerita sex hot-
“Ummi, ini siapa yg memindahkan madu perkasa abi?” Tanya ayah Sofi begitu istrinya turun dari lantai atas.
“Hmm, Ummi gak mindahin koq. Abi mungkin salah naro, teruz lupa.”
“Masa iya abi lupa, bener koq kemarin naruhnya ngga di sini. Kan kemarin abi taro di situ, terus abi ke kamar samperin ummi.”
“Samperin ummi, terus ngapain?” Ujar ibunda Sofi dgn nakal.
Ia kemudian memeluk dan mencium bibir
suaminya di dlm dapur tersebut. Mereka berdua tdk tahu kalau madu
perkasa yg sedang mereka perbincangkan telah menimbulkan malapetaka bagi
anak mereka sendiri.
END BY PREMIER188
No comments:
Post a Comment