Awal mula kisah ini berawal dari ketika saya bangun tidur pada pagi
hari. Pada waktu itu saya merasakan pusing kepala, tiba-tiba saja suhu
badan saya tinggi dan terasa linu-linu di seluruh badan. Sakit ini
datang dengan begitu saja, padahal kemarin saya masih bisa menyetir
mobil dan tanpa ada rasa apapun. Karena saya merasa sudah tidak kuat
lagi, maka pada pukul 17.00 tepatnya, akhirnya saya memutuskan untuk
pergi kesalah satu RS ( rumah sakit ) di Jakarta. Sesampainya disana
saya langsung meminta cek darah di laboratorium, dan ternyata hasilnya
trombosit saya turun. Karena saya tidak mau menanggung resiko, sore itu
juga saya meminta kepada dokter untuk rawat inap.
Satu-satunya kamar yg masih tersedia di rumah sakit itu adalah kamar
dengan fasilitas ruangan no satu. Memang pada waktu itu sedang musim
penyakit demam berdarah, sehingga kamar yg lain sudah terisi penuh
dengan pasien yg sebagian besar menderita demam berdarah seperti saya.
Ketika itu kamar saya di isi 2 orang, yg satu saya dan satunya lagi
seorang pasien laki-laki juga. Karena kami satu ruangan akhirnya sayapun
sempat mengobrol dan bertanya pada pasien itu ternyata dia sakit gejala
tifus.
Pada akhirnya saya-pun menghabiskan malam itu di rumah sakit. Baru
beberapa jam saja di RS saya sudah merasa jenuh sekali, huh. Untung
saja, pasien yg satu kamar dengan saya orangnya asik, sehingga
kebosananku-pun agak hilang. Tidak terasa kami mengobrol sudah cukup
lama juga, ketika saya melihat jam dinding waktu sudah menunjukan pukul
00.00. ketika itu kamipun ditegur oleh seorang Bidan untuk segera
beristirahat, sebenarnya tidak usah ditegur-pun saya sudah mengantuk,
akhirnya kamipun tertidur karena sudah capek.
Singkat cerita kamipun tertidur pulas, bahkan saking nyenyaknya saya
terkejut pada pagi hari saya dibangunkan oleh seorang Bidan. Sungguh
pagi itu sungguh pagi yg indah, baru bangun tidur saya sudah melihat
Bidan cantik, selain cantik Bidan itu juga memiliki tubuh yg sangat
seksi dan semok. Saya kira itu mimpi, eh ternyata nyata.hhe. Saya-pun
kemudian mengucek mata saya., dan saya sempat membaca name tag di
payudaranya ternyata dia bernama Susi.
Mas, sudah pagi. Sudah waktunya bangun, kata Bidan Susi.Nggg dengan
sedikit rasa segan akhirnya saya bangun juga sekalipun mata masih terasa
berat.Sekarang sudah tiba saatnya mandi, Mas, kata Bidan Susi lagi.Oh
ya. Bidan, saya pinjam handuknya deh. Saya mau mandi di kamar mandi.Lho,
kan Mas sementara belum boleh bangun dulu dari tempat tidur sama
dokter. Jadi?Jadi saya yg mandiin.Dimandiin? Wah, asyik juga kayaknya
sih. Terakhir saya dimandikan waktu saya masih kecil oleh mamsaya.
Setelah menutup tirai putih yg mengelilingi tempat tidurku, Bidan Susi
menyiapkan dua buah baskom plastik berisi air hangat. Kemudian ada lagi
gelas plastik berisi air hangat pula untuk gosok gigi dan sebuah mangkok
plastik kecil sebagai tempat pembuangannya. Pertama-tama kali, Bidan yg
cantik itu memintsaya gosok gigi terlebih dahulu. Okey, sekarang Mas
buka bajunya dan berbaring deh, kata Bidan Susi lagi sambil membantuku
melepaskan baju yg kupakai tanpa mengganggu selang infus yg dihubungkan
ke pergelangan tanganku. Lalu saya berbaring di tempat tidur. Bidan Susi
menggelar selembar handuk di atas pahsaya.
Dengan semacam sarung tangan yg terbuat dari bahan handuk, Bidan Susi
mulai menyabuni tubuhku dengan sabun yg kubawa dari rumah. Ah, terasa
suatu perasaan aneh menjalari tubuhku saat tangannya yg lembut tengah
menyabuni dadsaya. Ketika tangan Bidan Susi mulai turun ke perutku, saya
merasakan gerakan di selangkanganku. Astaga! Ternyata batang
kejantananku menegang! Saya sudah tsayat saja kalau-kalau Bidan Susi
melihat hal ini. Uh, untung saja, tampaknya dia tidak mengetahuinya.
Rupanya saya mulai terangsang karena sapuan tangan Bidan Susi yg masih
menyabuni perutku. Kemudian saya dimintanya berbalik badan, lalu Bidan
Susi mulai menyabuni punggungku, membuat kejantananku semakin mengeras.
Akhirnya, siksaan (atau kenikmatan) itu pun usai sudah. Bidan Susi
mengeringkan tubuhku dengan handuk setelah sebelumnya membersihkan sabun
yg menyelimuti tubuhku itu dengan air hangat. Nah, sekarang coba Mas
buka celananya. Saya mau mandiin kaki Mas.Tapi, Bidan saya mencoba
membantahnya.Celaka, pikirku.Kalau sampai celansaya dibuka terus Bidan
Susi melihat tegangnya batang kejantananku, mau ditaruh di mana wajahku
ini.Nggak apa-apa kok, Mas. Jangan malu-malu. Saya sudah biasa mandiin
pasien. Nggak laki-laki, nggak perempuan, semuanya.
Akhirnya dengan ditutupi hanya selembar handuk di selangkanganku, saya
melepaskan celana pendek dan celana dalamku. Ini membuat batang
kejantananku tampak semakin menonjol di balik handuk tersebut. Kacau,
saya melihat perubahan di wajah Bidan Susi melihat tonjolan itu. Wajahku
jadi memerah dibuatnya. Bidan Susi kelihatannya sejenak tertegun
menyaksikan ketegangan batang kejantananku yg semakin lama semakin
parah. Saya menjadi bertambah salah tingkah, sampai Bidan Susi kembali
akan menyabuni tubuhku bagian bawah.
By www.premier188.com
JUDI ONLINE TERPERCAYA
MENANG BERAPA PUN KAMI PASTI BAYAR
PROMO s/d akhir JUNI
FIRST DEPOSIT DAPAT TAMBAHAN KREDIT 15%
CASHBACK 6%
ROLLINGAN 0,25X3
ROLLINGAN CASINO 0,7%
MEMBER GET MEMBER 5%
Syarat dan ketentuan belaku
info lebih lanjut
BBM : D8A4BF4A
WA : +639772793847
LINE : premier188
YM : premier188@yahoo.com
Bidan Susi menelusupkan tangannya yg memakai sarung tangan berlumuran
sabun ke balik handuk yg menutupi selangkanganku. Mula-mula ia menyabuni
bagian bawah perutku dan sekeliling kejantananku. Tiba-tiba tangannya
dengan tidak sengaja menyenggol batang kejantananku yg langsung saja
bertambah berdiri mengeras. Sekonyong-konyong tangan Bidan Susi memegang
kejantananku cukup kencang. Kulihat senyum penuh arti di wajahnya.
Saya mulai menggerinjal-gerinjal saat Bidan Susi mulai
menggesek-gesekkan tangannya yg halus naik turun di sekujur batang
kejantananku. Makin lama makin cepat. Sementara matsaya membelalak
seperti kerasukan setan. Batang kejantananku yg memang berukuran cukup
panjang dan cukup besar diameternya masih dipermainkan Bidan Susi dengan
tangannya.
Akibat nafsu yg mulai menggeraygiku, tanganku menggapai-gapai ke arah
dada Bidan Susi. Seperti mengetahui apa maksudku, Bidan Susi mendekatkan
payudaranya ke tanganku. Ouh, terasa nikmatnya tanganku meremas-remas
payudara Bidan Susi yg lembut dan kenyal itu. Memang, payudaranya
berukuran kecil, kutaksir hanya 32 B. Tapi memang yg namanya payudara
wanita, bagaimanapun kecilnya, tetap membangkitkan nafsu birahi siapa
saja yg menjamahnya. Sementara itu Bidan Susi dengan tubuh yg sedikit
bergetar karena remasan-remasan tanganku pada payudaranya, masih asyik
mengocok-ngocok kejantananku. Sampai akhirnya saya merasakan sudah
hampir mencapai klimaks.
Air maniku, kurasakan sudah hampir tersembur keluar dari dalam
kejantananku. Tapi dengan sengaja, Bidan Susi menghentikan permainannya.
Saya menarik nafas, sedikit jengkel akibat klimaksku yg menjadi
tertunda. Namun Bidan Susi malah tersenyum manis. Ini sedikit
menghilangkan kedongkolanku itu. Tahu-tahu, ditariknya handuk yg
menutupi selangkanganku, membuat batang kejantananku yg sudah tinggi
menjulang itu terpampang dengan bebasnya tanpa ditutupi oleh selembar
benang pun. Tidak lama kemudian, batang kejantananku mulai dilahap oleh
Bidan Susi.
Mulutnya yg mungil itu seperti karet mampu mengulum hampir seluruh
batang kejantananku, membuatku seakan-akan terlempar ke langit ketujuh
merasakan kenikmatan yg tiada taranya. Dengan ganasnya, mulut Bidan Susi
menyedoti kejantananku, seakan-akan ingin menelan habis seluruh isi
kejantananku tersebut. Tubuhku terguncang-guncang dibuatnya. Dan Bidan
nan rupawan itu masih menyedot dan menghisap alat vitalku tersebut.
Belum puas di situ, Bidan Susi mulai menaik-turunkan kepalanya, membuat
kejantananku hampir keluar setengahnya dari dalam mulutnya, tetapi
kemudian masuk lagi.
Begitu terus berulang-ulang dan bertambah cepat. Gesekan-gesekan yg
terjadi antara permukaan kejantananku dengan dinding mulut Bidan Susi
membuatku hampir mencapai klimaks untuk kedua kalinya. Apalagi ditambah
dengan permainan mulut Bidan Susi yg semakin bertambah ganasnya.
Beberapa kali saya mendesah-desah. Namun sekali lagi, Bidan Susi
berhenti lagi sambil tersenyum. Saya hanya keheranan, menduga-duga, apa
yg akan dilakukannya.
Saya terkejut ketika melihat Bidan Susi sepertinya akan berjalan
menjauhi tempat tidurku. Tetapi seperti sedang menggoda, ia menoleh ke
arahku. Ia menarik ujung rok perawatnya ke atas lalu melepaskan celana
dalam krem yg dipakainya. Melihat kedua gumpalan pantatnya yg tidak
begitu besar namun membulat mulut dan kencang, membuatku menelan air
liur. Kemudian ia membalikkan tubuhnya menghadapku. Di bawah perutnya yg
kencang, tanpa lipatan-lipatan lemak sedikitpun, walaupun tubuhnya agak
gempal, kulihat liang Vaginanya yg masih sempit dikelilingi bulu-bulu
halus yg cukup lebat dan tampak menyegarkan.
Tidak kusangka-sangka, tiba-tiba Bidan Susi naik ke atas tempat tidur
dan berjongkok mengangkangi selangkanganku. Lalu tangannya kembali
memegang batang kejantananku dan membimbingnya ke arah liang Vaginanya.
Setelah merasa pas, ia menurunkan pantatnya, sehingga batang
kejantananku amblas sampai pangkal ke dalam liang Vaginanya. Mula-mula
sedikit tersendat-sendat karena begitu sempitnya liang kenikmatan Bidan
Susi. Tapi seiring dengan cairan bening yg semakin banyak membasahi
dinding lubang Vagina tersebut, batang kejantananku menjadi mudah masuk
semua ke dalamnya.
Tanganku mulai membuka kancing baju Bidan Susi. Setelah kutanggalkan bra
yg dikenakannya, menyembullah keluar payudaranya yg kecil tapi membulat
itu dengan puting susunya yg cukup tinggi dan mengeras. Dengan
senangnya, saya meremas-remas payudaranya yg kenyal. Puting susunya pun
tidak ketinggalan kujamah. Bidan Susi menggerinjal-gerinjal
sebentar-sebentar ketika ibu jari dan jari telunjukku memuntir-muntir
serta mencubit-cubit puting susunya yg begitu menggiurkan.
Dibarengi dengan gerakan memutar, Bidan Susi menaik-turunkan pantatnya
yg ramping itu di atas selangkanganku. Batang kejantananku masuk keluar
dengan nikmatnya di dalam lubang Vaginanya yg berdenyut-denyut dan
bertambah basah itu. Batang kejantananku dijepit oleh dinding Vagina
Bidan Susi yg terus membiarkan batang kejantananku dengan tempo yg
semakin cepat menghujam ke dalamnya. Bertambah cepat bertambah nikmatnya
gesekan-gesekan yg terjadi. Akhirnya untuk ketiga kalinya saya sudah
menuju klimaks sebentar lagi. Saya sedikit khawatir kalau-kalau
klimaksku itu tertunda lagi.
Akan tetapi kali ini, kelihatannya Bidan Susi tidak mau membuatku
kecewa. Begitu merasakan kejantananku mulai berdenyut-denyut kencang,
secepat kilat ia melepaskan batang kejantananku dari dalam lubang
Vaginanya dan pindah ke dalam mulutnya. Klimaksku bertambah cepat
datangnya karena kuluman-kuluman mulut sang Bidan cantik yg begitu
buasnya. Dan Crot crot crot beberapa kali air maniku muncrat di dalam
mulut Bidan Susi dan sebagian melelehi buah zakarku. Seperti orang
kehausan, Bidan Susi menelan hampir semua cairan kenikmatanku, lalu
menjilati sisanya yg belepotan di sekitar kejantananku sampai bersih.
Tiba-tiba tirai tersibak. Saya dan Bidan Susi menoleh kaget. Bidan Yusi
yg tadi memandikan teman sekamarku masuk ke dalam. Ia sejenak melongo
melihat apa yg kami lakukan berdua. Namun sebentar kemudian tampaknya ia
menjadi maklum atas apa yg terjadi dan malah menghampiri tempat
tidurku. Dengan raut wajah memohon, ia memandangi Bidan Susi. Bidan Susi
paham apa niat Bidan Yusi. Ia langsung meloncat turun dari atas tempat
tidur dan menutup tirai kembali.
Bidan Yusi yg berwajah manis, meskipun tidak secantik Bidan Susi,
sekarang gantian menjilati seluruh permukaan batang kejantananku.
Kemudian, batang kejantananku yg sudah mulai tegang kembali disergap
mulutnya. Untuk kedua kalinya, batang kejantananku yg kelihatan
menantang setiap wanita yg melihatnya, menjadi korban lumatan. Kali ini
mulut Bidan Yusi yg tidak kalah ganasnya dengan Bidan Susi, mulai
menyedot-nyedot kejantananku. Sementara jari telunjuknya disodokkan satu
ruas ke dalam lubang anusku. Sedikit sakit memang, tapi aduhai
nikmatnya.
Merasa puas dengan lahapannya pada kejantananku. Bidan Yusi kembali
berdiri. Tangannya membukai satu-persatu kancing baju perawat yg
dikenakannya, sehingga ia tinggal memakai bra dan celana dalamnya. Saya
tidak menygka, Bidan Yusi yg bertubuh ramping itu memiliki payudara yg
jauh lebih besar daripada milik Bidan Susi, sekitar 36 ukurannya.
Payudara yg sedemikian semoknya itu seakan-akan mau melompat keluar dari
dalam bra-nya yg bermodel konvensional itu. Sekalipun bukan termasuk
payudara terbesar yg pernah kulihat, tapi payudara Bidan Yusi itu
menurutku termasuk payudara yg paling indah. Menyadari saya yg terus
melotot memandangi payudaranya, Bidan Yusi membuka tali pengikat
bra-nya.
Benar, payudaranya yg besar menjuntai semok di payudaranya yg putih dan
mulus. Rasa-rasanya ingin saya menikmati payudara itu. Tetapi tampaknya
keinginan itu tidak terkabul. Setelah melepas celana dalamnya, seperti
yg telah dilakukan oleh Bidan Susi, Bidan Yusi, dengan telanjang bulat
naik ke atas tempat tidurku lalu mengarahkan batang kejantananku ke
liang Vaginanya yg sedikit lebih lebar dari Bidan Susi namun memiliki
bulu-bulu yg tidak begitu lebat. Akhirnya untuk kedua kalinya batang
kejantananku tenggelam ke dalam Vagina wanita. Memang, batang
kejantananku lebih leluasa memasuki liang Vagina Bidan Yusi daripada
Vagina Bidan Susi tadi. Seperti Bidan Susi, Bidan Yusi juga mulai
menaik-turunkan pantatnya dan membuat kejantananku sempat mencelat
keluar dari dalam liang Vaginanya namun langsung dimasukkannya lagi.
Tidak tahan menganggur, mulut Bidan Susi mulai merambah payudara rekan
kerjanya. Lidahnya yg menjulur-julur bagai lidah ular menjilati kedua
puting susu Bidan Yusi yg walaupun tinggi mengeras tapi tidak setinggi
puting susunya sendiri. Saya melihat, Bidan Yusi memejamkan matanya,
menikmati senggama yg serasa membawanya terbang ke awang-awang. Ia
sedang meresapi kenikmatan yg datang dari dua arah. Dari bawah, dari
Vaginanya yg terus-menerus masih dihujam batang kejantananku, dan dari
bagian atas, dari payudaranya yg juga masih asyik dilumat mulut
temannya.
Tiba-tiba tirai tersibak lagi. Namun ketiga makhluk hidup yg sedang
terbawa nafsu birahi yg amat membulak-bulak tidak mengindahkannya.
Ternyata yg masuk adalah teman sekamarku dengan keadaan bugil. Karena ia
merasa terangsang juga, ia sepertinya melupakan gejala tifus yg
dideritanya. Setelah menutup tirai, ia menghampiri Bidan Susi dari
belakang. Bidan Susi sedikit terhenyak ke depan sewaktu Vaginanya yg
dari tadi terbuka lebar ditusuk batang kejantanan teman sekamarku dari
belakang, dan ia melepaskan mulutnya dari payudara Bidan Yusi. Kemudian
dengan entengnya, sambil terus menyetubuhi Bidan Susi, teman sekamarku
itu mengangkat tubuh Bidan semok itu ke luar tirai dan pergi ke tempat
tidurnya sendiri.
Sejak saat itu saya tidak mengetahui lagi apa yg terjadi antara dia
dengan Bidan Susi. Yg kudengar hanyalah desahan-desahan dan suara nafas
yg terengah-engah dari dua insan berlainan jenis dari balik tirai, di
sampingku sendiri masih tenggelam dalam kenikmatan permainan seks-ku
dengan Bidan Yusi.
Batang kejantananku masih menjelajahi dengan bebasnya di dalam lubang
Vagina Bidan Yusi yg semakin cepat memutar-mutar dan menggerak-gerakan
pantatnya ke atas dan ke bawah. Tidak lama kemudian, kami berdua
mengejang.Bidan Saya mau keluar katsaya terengah-engah.Ah Keluarin di
dalam saja Mas jawab Bidan Yusi.Akhirnya dengan gerinjalan keras, air
maniku berpadu dengan cairan kenikmatan Bidan Yusi di dalam lubang
Vaginanya. Saking lelahnya, Bidan Yusi jatuh terduduk di atas
selangkanganku dengan batang kejantananku masih menancap di dalam lubang
Vaginanya.
Kami sama-sama tertawa puas. Sementara dari balik tirai masih terdengar
suara kenikmatan sepasang makhluk yg tengah asyik-asyiknya memadu kasih
tanpa mempedulikan sekelilingnya. Tepat seminggu kemudian, saya sudah
dinyatidakan sembuh dari DBD yg kuderita dan diperbolehkan pulang. Ini
membuatku menyesal, merasa akan kehilangan dua orang Bidan yg telah
memberikan kenikmatan tiada tandingannya kepadsaya beberapa kali.
Hari ini saya sedang sendirian di rumah dan sedang asyik membaca majalah
Gatra yg baru saya beli di tukang majalah dekat rumah.Ting tong Bel
pintu rumahku dipencet orang.Saya membuka pintu. Astaga! Ternyata yg ada
di balik pintu adalah dua orang gadis rupawan yg selama ini saya
idam-idamkan, Bidan Susi dan Bidan Yusi. Kedua makhluk cantik ini
sama-sama mengenakan baju oblong, membuat lekuk-lekuk tubuh mereka
berdua yg memang indah menjadi bertambah molek lagi dengan payudara
mereka yg meskipun beda ukurannya, namun sama-sama membulat dan kencang.
Sementara Bidan Susi dengan celana jeansnya yg ketat, membuat pantatnya
yg semok semakin menggairahkan, di samping Bidan Yusi yg mengenakan rok
mini beberapa sentimeter di atas lutut sehingga memamerkan pahanya yg
putih dan mulus tanpa noda. Kedua-duanya menjadi pemandangan sedap yg
tentu saja menjadi pelepas kerinduanku. Tanpa mau membuang waktu, kuajak
mereka berdua ke kamar tidurku. Dan seperti sudah kuduga, tanpa basa
basi mereka mau dan mengikutiku. Dan tentu saja, para pembaca semua
pasti sudah tahu, apa yg akan terjadi kemudian dengan kami bertiga.
Selesai.
No comments:
Post a Comment