Premier188
Nama saya Roy, saya adalah seorang mahasiswa semester 3, tinggi saya 170cm dan berat 60kg. Kejadian yang akan saya ceritakan ini terjadi pada waktu saya melakukan pendakian gunung Lawu bersama teman-teman saya. Lokasi saya saat itu berada dekat base camp pertama kearah pendakian gunung Lawu. Saya sedang beristirahat sendirian. Tadi malam saya bersama 5 orang teman saya sudah melakukan pendakian menuju puncak Lawu dan telah berhasil mencapai puncak Lawu jam 6 pagi tadi.
Nama saya Roy, saya adalah seorang mahasiswa semester 3, tinggi saya 170cm dan berat 60kg. Kejadian yang akan saya ceritakan ini terjadi pada waktu saya melakukan pendakian gunung Lawu bersama teman-teman saya. Lokasi saya saat itu berada dekat base camp pertama kearah pendakian gunung Lawu. Saya sedang beristirahat sendirian. Tadi malam saya bersama 5 orang teman saya sudah melakukan pendakian menuju puncak Lawu dan telah berhasil mencapai puncak Lawu jam 6 pagi tadi.
Sekarang saya dalam perjalanan pulang, sementara teman-teman saya sudah turun gunung semua. Saya memutuskan untuk beristirahat sebentar di base camp pertama ini sambil mendirikan tenda, biar nanti agak sorean saya turun sendiri menuju pos kami yang dekat dengan rumah penduduk sekitar gunung Lawu.
Sore itu pukul 15.30, saya baru saja selesai menyeduh kopi instan saya, ketika tiba-tiba dari arah semak belukar muncul 2 orang cewek dengan baju dan kondisi acak-acakan.
“Halo Mas?” sapa salah satu cewek itu pada saya.
Gadis muda yang saya taksir berusia 18 tahun kelihatannya anak SMA. Rambutnya pendek, sedangkan temannya yang satu berambut panjang sebahu.
“Halo juga” jawabku menyembunyikan kekagetan karena kemunculan mereka yang tiba-tiba, sempat terpikir ada setan atau penunggu gunung ini yang mau menggoda saya.
“Loh, dari mana, kok berduaan aja?” tanya saya coba berbasa-basi.
“Iya, kita tadi misah dari rombongan, terus nyasar” jawab cewek itu sambil duduk di depan saya.
“Boleh minta minum gak? Kita haus sekali, udah 5 jam kita jalan muter-muter gak ketemu jalan sama orang” lanjutnya kemudian.
Aneh juga pikirku, padahal perasaan saya dari tadi pagi, sering sekali saya berpapasan dengan orang-orang atau rombongan pecinta alam.
“Ada air putih tuh di botol, atau mau kopi? biar sekalian aku buatin?” jawab saya.
Cewek yang berbicara dengan saya tadi tidak menjawab pertanyaan saya, tapi langsung menghampiri botol minum yang saya tunjukan dan segera meminumnya dengan terburu-buru, sedangkan temannya yang satu lagi hanya memperhatikan dan kemudian meminta botol minum saya dengan santun.
Saya perhatikan saja tingkah mereka, cewek-cewek muda ini cakep juga khas ABG kota, tapi saat itu mukanya kotor oleh debu dan keringat, kaosnya cuma ditutupi jaket kain, celana jeans dan sepatu olah raga warna hitam, ini sih mau piknik bukan mau naik gunung, abis gak bawa bekal atau peralatan sama sekali.
Mereka minum terus sampai puas kemudian tiduran disamping kompor parafin yang sedang saya gunakan untuk memasak air.
“Mas namanya siapa?” tanya cewek yang berambut pendek.
“Namaku Vina, ini temenku Linda” katanya lagi.
“Namaku Roy” jawab saya pendek sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
“Ada makanan gak Mas? Vina laper banget nih” tanya Vina tanpa basa basi kepada saya yang sedang memperhatikannya.
bonus referral hingga 20% hanya 1x klik di sini
“Ada mie kalo mau, sekalian aja masak mumpung airnya mendidih” jawab saya.
Ternyata Vina tidak mau masak sendiri, dia terus berbaring dan minta tolong pada saya untuk dimasakin mie.
“Wah kamu ini manja banget ya? Kenal aja barusan tapi udah nyuruh-nyuruh?” goda saya pada Vina.
“Tolong deh Mas… Vina capek banget. Nanti gantian deh” rayu Vina pada saya.
“Gantian apa ya? Emang nanti kamu mau masak mie lagi? Bayarnya pake pijet aja ya?” goda saya lebih lanjut.
“Maunya tuh… tapi bereslah” jawab Vina cuek sambil memejamkan matanya.
Saya memperhatikan Linda, tapi dia ternyata diam saja, dan hanya mengangguk kecil ketika saya tawarkan mie. Sementara saya masak mie instan, Vina kemudian bercerita kisahnya sampai dia dan Linda tersesat berduaan di tengah gunung Lawu. Mereka berangkat bersama serombongan pecinta alam SMAnya jam 10 siang tadi. Rencananya malam nanti Vina dan rombongan akan mendaki gunung Lawu, tapi waktu menuju base camp kedua, perut Linda sakit sehingga Vina menemani Linda mencari tempat untuk buang hajat, tetapi setelah selesai ternyata mereka tertinggal dan terpisah dari rombongan.
Setelah mienya siap, segera saja pancinya saya berikan pada mereka untuk segera disantap. Masih saja Vina protes, kok tidak ada piringnya.
“Emangnya ini di warung” kata saya cuek sambil tersenyum kearah Linda.
Linda hanya tersenyum tipis dengan bibir gemetar.
“kamu sakit ya Lin?" tanya saya.
“Nggak Mas, cuma kedinginan” katanya pelan.
“Butuh kehangatan tuh Mas Roy” potong Vina sekenanya.
Wah kaget juga saya mendengar celoteh Vina yang terkesan berani. Saya perhatikan keadaan sekitar yang sudah mulai berkabut dan langit gelap sekali. Waduh jangan-jangan sudah mau hujan. Segera saja saya bereskan peralatan saya.
“Masih pada kuat jalan nggak?” tanya saya pada mereka.
“Nanti kalau disini hujan, bisa basah semua. Mending kalo masih bisa jalan kita cepat turun biar nggak kehujanan” lanjut saya.
Baru saja selesai saya bicara, tiba-tiba ada kilatan petir disusul dengan suaranya yang keras.
“Duer…!!”
Disusul dengan tiupan angin yang kencang membawa rintik-rintik air hujan.
“Nah lo… benerkan, telat deh kalo kita mau nekat turun sekarang” kata saya sambil mematikan kompor parafin saya.
“Ya udah, cepet masuk tenda sana, cuaca lagi nggak bersahabat nih, bakal hujan deres disini!” perintah saya sambil membereskan peralatan saya yang lain karena hujan sudah mulai turun.
Saya, Vina, dan Linda segera berdesak-desakan di dalam tenda kecil parasut, sementara hujan semakin deras disertai bunyi angin yang keras. Segera saya memasang lampu kemah kecil yang biasa saya bawa kalau saya naik gunung. Lumayanlah cahayanya cukup untuk menerangi di dalam tenda. Sementara saya rasa hari menjelang maghrib, dan hujan masih saja turun walau tidak deras.
Vina dan Linda duduk meringkuk berdampingan dihadapan saya sambil tangannya mendekap kaki.
“Kamu masuk aja ke sleeping bag itu, kelihatannya kok kamu kedinginan sekali” saran saya pada Linda yang mulai menggigil kedinginan.
“Tapi copot sepatunya” lanjut saya kemudian.
Linda tidak menjawab dan hanya menuruti saran saya. Akhirnya Vina dan Linda tiduran berhimpitan di dalam sleeping bag sambil berpelukan. Saya perhatikan saja tingkah mereka berdua,
“Hei kalian pada ngomong dong, jangan diem aja. Jadi serem nih suasananya” ucap saya pada Vina dan Linda.
“Mas Roy gak kedinginan?” tanya Linda tiba-tiba.
“Ya dingin to, siapa juga yang nggak kedinginan di cuaca kayak gini?” jawab saya apa adanya.
“Kalian enak berduan bisa berpelukan gitu… gak adil” kata saya mencoba bercanda.
“Ya Mas Roy sini to, kita berpelukan bertiga” kata Vina, tak ada nada bercanda dalam omongannya.
“Waduh, gak salah denger nih?” pikir saya.
Tak akan ada kesempatan kedua kalau hal ini saya tanyakan lagi.
“Ya udah, kalian geser dong. aku mau di tengah biar hangat” kata saya cuek sambil membuka resleting sleeping bag saya.
Tidak sempat saya perhatikan ekspresi Linda atau Vina karena keadaannya yang remang-remang. Saya merebahkan diri diantara dua cewek yang baru saya kenal ini, tak ada kata-kata atau komentar apapun. Saya lingkarkan kedua tangan saya kepada Vina di sebelah kiri dan Linda disebelah kanan.
Walau awalnya saya merasa canggung tapi setelah saya nikmati dan merasakan dua tubuh hangat mendekap saya dan saya pun merasa nyaman sekali. Kepala Vina dan Linda bersamaan rebah di dada saya. Saya rasakan deru nafas yang memburu dari keduanya dan dari saya juga.
“Badan Mas Roy hangat ya Lin?” kata Vina pelan seraya tangannya melingkar kebawah dada saya dan kakinya naik menimpa kaki saya, barangkali Vina lagi membayangkan saya seperti gulingnya kalau dia pas lagi mau tidur.
“Iya tadi Lin takut sekali, sekarang dipeluk sama Mas Roy, Lin jadi nggak takut lagi” jawab Linda pelan sambil mengusap kepalanya di dada saya.
Samar-samar tercium bau wangi dari rambutnya. Kemudian darah saya terasa terkesiap saat lutut Vina entah disengaja atau tidak menyenggol burung saya.
“Ehm…” saya hanya bisa berdehem kecil ketika saya rasa hal itu ternyata mendorong birahi saya naik.
Waduh, pikiran saya langsung ngeres, rugi juga ya kalau kesempatan selangka seperti ini saya sia-siakan, minimal harus ngelaba sesuatu nih. Iseng-iseng tangan kiri saya yang masih leluasa saya beranikan memeluk tubuh Vina dan mulai meraba-raba kebagian daerah buah dada Vina.
“Ehm…” Vina ternyata hanya berdehem pelan.
Saya pun mulai berani meningkatkan aksi saya lebih lanjut, saya mencoba meremas lembut susunya. Ternyata Vina hanya diam, dia hanya mendongakkan mukanya menatap saya, sambil tangannya juga meraba-raba dan mengelus-elus dada saya. Saya coba mencium rambutnya lalu saya kecup kening Vina, sementara tangan saya terus meremas-remas susunya dengan tempo agak cepat.
“Aah… Mas Roy” suara Vina terdengar lirih.
“Ada apa Vin?” tanya saya pelan melihat Linda sudah mulai curiga dengan aktivitas yang saya lakukan.
“Kamu masih kedinginan ya?” kata saya lagi sambil menggeser tubuhnya agar lebih naik lagi.
Sementara tangan saya jadi lebih leluasa menelusup ke dalam balik jaketnya dan membuka pengait BHnya yang masih tertutup dengan kaos luarnya. Vina hanya diam saja saat saya lakukan hal itu, bahkan saat tangan saya sudah sempurna merengkuh susunya dibalik BHnya. Dia menggigit kecil dada saya.
“Ah… Mas Roy…” katanya parau dengan tidak memperdulikan ekspresi Linda yang kebingungan.
Saat saya permainkan puting susunya, tiba-tiba Vina bangkit.
“Mas Roy, Vina ma… masih kedinginan” kata Vina dengan bergetar sambil menghadapkan mukanya ke wajah saya sehingga jarak muka kami begitu dekat.
Saya rasakan nafasnya memburu mengenai wajah saya. Saya hanya bisa diam tercekat ketika Vina mulai menciumi muka saya dengan tidak beraturan, mungkin karena gelap hampir semuanya kena diciumnya. Saya rasakan lagi kaki Vina sudah melakukan gerakan yang teratur menggesek-gesek kontol saya naik dan turun. Tanpa sadar saya pun membalas ciuman Vina, hingga akhirnya bibir kami bertaut. Dengan penuh nafsu Vina mengulum bibir saya sambil lidahnya terjulur keluar mencari lidah saya. Setelah didapatnya lidah saya, dihisapnya dengan kuat sehingga saya sulit bernafas.
“Gila nih, cewek ABG sudah pintar ciuman” ucap saya dalam hati.
Tanpa sadar tangan kanan saya mencengkram pundak Linda.
“Mas sakit Mas pundak Linda” kata Linda tiba-tiba yang menghentikan aktivitas saya dengan Vina.
“Oh maaf Lin" jawabku dengan terkejut.
Saya perhatikan ekspresi Linda yang bengong melihat saya dengan Vina. Tapi rasa tidak enak saya segera hilang karena ternyata Vina tidak menghentikan aktivitasnya, dia tampaknya cuek aja dengan Linda, seakan menganggap Linda tidak ada. Vina terus menciumi telinga dan leher saya.
“Mas Roy, Vina jadi pengen… Vina jadi BT, birahi tinggi” kata Vina lirih di telinga saya sambil tangannya sudah bergerilya mengusap-usap kontol saya yang masih tertutup rapat oleh celana jeans saya.
“Waduh… bagaimana ini” pikirku dalam hati.
Pikiran saya serasa buntu. Saya pandangi wajah Linda yang kaku melihat polah tingkah Vina yang terus mencumbu saya. Linda pun bangkit dari rebahannya sambil beringsut menjauh dari badan saya. Tak sempat saya berkata lagi, Vina yang sudah birahi tinggi tanpa ampun menyerang saya dengan ganasnya, dicumbunya seluruh wajah dan leher saya, malah kini posisinya menaiki tubuh saya dan berusaha membuka baju saya.
Saya yakin walau suasananya remang-remang, Linda pasti melihat jelas semua aktivitas kami, bahkan dengan kaos dan BH Vina yang sudah tersingkap keatas dan tangan saya yang sedang meremas-remas susu Vina, sekarang jelas terpampang di depan mata Linda.
Kepalang tanggung, segera saja saya rengkuh tubuh kecil Vina dan saya hisap puting payudaranya yang kecil dan berwarna merah kecoklatan itu secara bergantian dengan posisi Vina diatas tubuh saya. Pentil itu tampak sudah tegak mengacung karena pemiliknya sudah dilanda nafsu birahi yang sangat tinggi.
“Aah… ah… Mas Roy…” gumam Vina lirih.
“Enak Mas, terus… jangan dijilat terus, tapi disedot… aaah…" lanjutnya.
Aktivitas ini saya teruskan dengan mengelus dan meraba pantat Vina yang sejajar dengan kontol saya. Saya remas pantat Vina sambil menggesek-gesekan kontol saya pada daerah kemaluan Vina yang masih terbungkus dengan celana jeans yang dikenakannya. Saya jilati semua yang ada di dada Vina, bahkan saya gigit kecil puting mancung itu yang membuat Vina melenguh panjang.
“Aaahh… sshh...”
Aksi saya ternyata membuat Vina blingsatan, dikulumnya bibir saya dan diteruskan ke leher saya sambil berusaha membuka semua baju saya, nampaknya Vina mau balas dendam melancarkan aksi yang sama dengan yang saya lakukan tadi.
Benar saja, begitu baju saya terbuka semua, Vina segera menghisap puting saya dan menggigit-gigit puting saya dengan ganas. Saya rasakan sensasi yang luar biasa yang membuat kontol saya semakin tersiksa karena tidak bisa bangun terhalang oleh celana jeans saya. Saat itu bisa saya perhatikan Linda di samping kiri saya yang sedang menatap nanar aktivitas kami, saya lihat tangan kanannya dijepitkan pada dua belah pahanya, entah sedang terangsang atau sedang kedinginan.
Tanpa kata, saya beranikan tangan saya mengelus paha Linda sambil berusaha meraih tangan Linda. Linda hanya diam saja, bahkan semakin terpaku saat melihat aksi Vina yang terus mencumbu bagian bawah pusar saya. Saya yang merasa sangat geli hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saya ke kiri dan ke kanan.
“Aah… Vin, jangan dijilat di daerah situ terus… geli… se… ka… li…” ujarku dengan nafas tersengal.
Tanpa sadar saya sudah meremas tangan Linda dan Linda pun saya rasa juga membalas remasan tangan saya. Tapi kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat, Vina seolah sudah tidak peduli lagi, dia langsung membuka ikat pinggang saya diteruskan dengan membuka resleting celana jeans saya. Saya hanya bisa pasrah menerima nasib saya saat itu, saya perhatikan tingkah Vina sambil tangan saya tetap memegang tangan Linda.
Saat resleting celana saya sudah terbuka, Vina meraih kontol saya yang masih terbungkus celana dalam saya, lalu dielusnya sebentar kemudian ditariknya sampai selutut celana jeans saya berikut celana dalam saya juga. Tanpa banyak kata, Vina hanya memperhatikan sebentar kontol saya kemudian mencium dan menjilat permukaan kontol saya.
“Aah…” saya hanya bisa mengeluarkan kata itu saat Vina mulai mengulum kontol saya dan mengisapnya.
“Aargh... Vin, enak sekali Vin" erangku.
“Gila nih anak, masih SMA sudah selihai ini, aku gak habis pikir” gumamku dalam hati.
Saat Vina masih asik berkaraoke dengan kontol saya, saya lihat sekilas ke Linda, ternyata dia sedang memperhatikan saya dengan pandangan yang tidak saya mengerti artinya. Kemudian seperti ada dorongan lain saya tarik tangan Linda sehingga tubuhnya rebahan lagi disamping saya.
“Lin, saya ingin cium bibir kamu” bisik saya perlahan di telinga Linda.
Saat itu Linda diam saja sambil tetap menatap saya. Saya tarik wajahnya mendekat dengan wajah saya dan segera saya lumat bibir Linda yang mungil itu.
“Eemh...” suara yang terdengar dari mulut Linda.
Tak ada perlawanan yang berarti dari Linda, Linda diam saja tak membalas ciuman saya, entah karena pasrah atau tidak tahu caranya berciuman. Saya rasakan getaran birahi yang luar biasa saat kontol saya terus dipermainkan oleh Vina sementara konsentrasi saya terarah pada Linda yang pasrah. Segera saja saya menciumi dada Linda yang masih terbungkus oleh bajunya sementara tangan saya yang satu mengelus-elus selangkangan Linda.
“Aaah… aah...” Linda mulai bereaksi panas saat saya menyibak bajunya sehingga saya bisa menjilati permukaan susu yang masih tertutup oleh BHnya yang berwarna pink.
“Ya diajari tuh Linda, Mas Roy. Sudah gede tapi belum bisa bercinta” kata Vina tiba-tiba.
Kaget juga saya mendengar teguran itu, saya perhatikan Vina tenyata dia sudah tidak menghisap kontol saya lagi, tapi sedang membuka celana jeans lalu celana dalamnya sendiri.
“Vina masukkin ya Mas” kata Vina pelan tanpa menunggu persetujuan saya sambil mengarahkan kontol saya ke lubang kawinnya yang tampak disuburi bebuluan jembut keriting.
Pelan tapi pasti Vina membimbing kontol saya untuk masuk penuh ke dalam memeknya. Saya rasakan rasa hangat menjalar dari kontol saya ke seluruh tubuh saya. Memek Vina yang sudah basah oleh lendir pelumasnya memudahkan kontol saya masuk ke dalamnya.
“Ah… burung Mas Roy gede… terasa penuh di memek Vina" katanya mendesis sambil menggoyangkan pantatnya dan memompanya naik turun.
“Aah… ash… ah… enak sekali Mas Roy…" kata Vina parau sambil mencumbu dada saya lagi.
Saya yang menerima perlakuan demikian tentu saja tidak terima, saya angkat badan Vina dan mendekatkan teteknya ke mulut saya sambil terus memompa dari bawah mengimbangi goyangan Vina.
“Huuf… uh... uh… aah… terus Mas…" erang Vina memelas.
Saya jilati terus dan mengisap puting Vina bergantian kiri dan kanan, sementara Vina menerima perlakuan saya seperti kesetanan.
“Ayo Mas Roy… terus… ayo... teruuss… Vina mau dapet ni...” katanya bernafsu.
Tak beberapa lama kemudian, dengan kasar Vina mencium dan mengulum bibir saya.
“Eeemphh… aaah…”
Dan kemudian Vina terkulai lemas di dada saya, sementara saya yang masih memompa dari bawah hanya didiamkan Vina tanpa perlawanan lagi.
“Aaa… berhenti dulu Mas Roy, istirahat sebentar, Vina sudah dapet Mas” kata Vina lirih mendekap saya dengan posisinya masih di atas saya dan kontol saya masih di dalam liang senggamanya.
Saya rasakan detak jantung Vina yang bergemuruh di dada saya dan nafasnya yang ngos-ngosan mengenai leher saya.
“Makasih ya Mas Roy, enak banget rasanya” kata Vina pelan.
Saya yang belum mendapatkan orgasme, hanya bisa melirik ke arah Linda yang saat itu ada di samping saya, ternyata tangannya sedang meremas-remas teteknya sendiri dibalik BH berendanya yang sudah terbuka. Segera saja saya tarik Linda mendekati saya dan menyuruhnya mendekatkan teteknya kemulut saya.
“Aah... Mas Roy...” kata Linda pelan saat tetek kanannya saya hisap.
Saat itu Vina bangkit dari posisi semula dan mencabut memeknya dari kontol saya, kemudian berbaring di sisi kiri saya sambil merapikan kaosnya. Saya yang kini leluasa berusaha bangkit sambil mencopot celana jeans saya yang masih menempel di lutut saya. Saya terus meremas-remas tetek Linda sambil mengulum bibir Linda yang kini posisinya berbaring di bawah saya. Berbeda dengan yang tadi, kini Linda mulai agresif membalas kuluman saya bahkan bibirnya menjulur-julur minta diisap.
Saya bimbing tangan Linda untuk memegang kontol saya yang masih tegang dan basah karena cairan kawin dari memek Vina. Semula seakan ragu, tapi kini Linda menggenggam erat kontol saya dan seperti sudah alami Linda mengocok kontol saya waktu lidah saya bermain di bawah telinganya dan lehernya.
“Aah... Mas Roy... geli...” hanya itu komentar dari bibir Linda yang seksi itu.
Perlahan lidah saya mulai bermain di seluruh dada Linda, dari leher sampai gundukan teteknya saya jilati semua, dan saya gigit kecil pentil susu Linda yang berwarna kemerahan dan sudah tampak tegang itu.
“Aarghh... aah...” Linda mulai menggelinjang.
Linda diam saja waktu saya buka ikat pinggangnya dan saya buka kancing celana jeansnya. Saya perhatikan Linda masih memejamkan matanya dan melenguh terus saat saya cumbu bagian pentilnya, sementara tangan kanannya tetap menggenggam erat kontol saya, dan tangan kirinya menekan-nekan kepala saya, sesekali menjambak rambut saya.
Kemudian tangan saya menelusup ke dalam balik celana dalam Linda waktu kancing celana jeans Linda sudah terbuka, saya rasakan sambutan hangat bulu-bulu jembut yang masih jarang diatas memeknya. Saya elus-elus sebentar permukaan liang kawinnya, lalu jari-jari saya tak ketinggalan bermain menekan-nekan memeknya yang sudah basah oleh lendir kawinnya.
“Ah… Mas Roy... aah…” suara Linda semakin terdengar parau.
Saya segera mengalihkan cumbuan ke daerah perut Linda dan turun menuju memeknya. Saya buka celana dalam berenda yang juga berwarna pink itu tanpa melihat reaksi Linda dan segera menciumi permukaan memek Linda yang masih ditumbuhi bulu-bulu jembut halus yang jarang-jarang.
“Aah… jangan Mas Roy... aaah...” kata Linda mendesis.
Tentu saja saya biarkan sikap yang menolak tapi mau itu. Lidah saya sudah mencapai permukaan memeknya lalu saya jilati yang segera membuatnya menggelinjang dan dengan mudah saya menurunkan celana jeansnya sampai sebatas pahanya. Saya jilati terus memek Linda sampai kedalam-dalam sehingga pertahanan Linda akhirnya jebol juga, pahanya semula yang mengapit kepala saya mulai mengendur dan mulai terbuka mengangkang, sehingga sayapun leluasa mencopot seluruh celana jeans dan celana dalamnya.
“Aah... arghh...” desis Linda pelan.
Posisi saya saat itu dengan Linda seperti posisi 69, walau Linda tidak mengoral kontol saya, saya tidak peduli dan tetap menjilati memeknya dengan ganas dan tanpa ampun.
“Aah… Mas... teruss… ahhh... enaak… Mas... aah...” teriak Linda tidak jelas, sampai akhirnya pahanya menjepit erat kepala saya dan kontol saya terasa sakit digenggam erat oleh Linda.
“Aaah… Mas...” teriakan terakhir Linda bersamaan dengan sedikit cairan birahi yang menyemprot dari dalam memeknya kedalam mulut saya.
Rupanya Linda sudah mendapat orgasme pertamanya walau dengan lidah saya.
“Aah… enak sekali... Mas Roy... sudah ya Mas...” kata Linda pelan sambil tergolek lemah dan pasrah.
Saya pun menghentikan aktivitas saya dan mengambil nafas dulu karena mulut saya jadi pegal-pegal kelamaan asyik mengoral memeknya. Saya berbaring di tengah dua cewek ini dengan posisi yang terbalik dengan mereka, kepala saya berada diantara kaki-kaki mereka. Baru sebentar saya mengambil nafas, saya rasakan kontol saya sudah ada yang memegang lagi.
“Mas main sama Vina lagi ya? Vina jadi nafsu ngeliat Mas Roy main sama Linda" kata Vina tiba-tiba yang sudah bangkit dan kini tangannya sedang memegang kontol saya.
Saya tak sempat menjawab karena Vina sudah mengulum kontol saya lagi, bahkan kini pantatnya beralih ke wajah saya, menyorongkan memeknya kemulut saya untuk minta dioral juga seperti tadi saya dengan Linda. Posisi saya dengan Vina kini 69 betulan tapi dengan posisi saya yang di bawah. Saya jilati memek Vina dengan lidah yang menusuk-nusuk kedalamnya.
“Eeemphh... emmphh...” Vina tak bisa mendesah bebas karena mulutnya penuh dengan kontol saya.
Lama kami bermain dengan posisi itu, sampai akhirnya saya hentikan karena saya tidak tahan dengan isapan Vina yang luar biasa itu dan kalau dibiarkan terus akibatnya kontol saya bisa muntah-muntah di dalam mulut Vina. Saya bimbing agar Vina berbaring di samping Linda sedangkan saya di atasnya mulai mencumbu lagi dari teteknya sambil menggesek-gesekan kontol saya ke permukaan memeknya yang dipenuhi oleh bulu-bulu jembut yang berwarna hitam pekat itu.
Vina seperti mengerti, kemudian membimbing kontol saya untuk masuk ke dalam lubang kawinnya. Saya pun bangkit sambil mengarahkan kontol saya siap untuk menghujam lubang senggama Vina. Pelan tapi pasti saya masukan kontol saya mulai dari kepala hingga semuanya masuk ke dalam memeknya.
“Aaah... Mas Roy...” desis Vina sambil menggoyang pantatnya.
Saya rasakan seret sekali memeknya, beda sekali dengan yang tadi gesekan itu terasa nikmat menjalar di setiap centi dari kontol saya dengan sesekali terasa denyutan pelan dari liang kemaluannya.
“Mas yang keras dong goyangnya… terasa sekali mentok” kata Vina sambil melingkarkan tangannya ke leher saya.
Saya pun jadi semangat memompa tubuh ranum yang mungil itu. Di udara dingin seperti ini terasa hangat tapi tidak berkeringat.
“Aah… ah… terus Mas... terusss… aah… aaah...” lanjutnya keenakan.
Mungkin sekitar 5 menit saya menggoyang Vina, sampai kemudian saya tidak tahan melihat teteknya yang bergoyang indah dengan puting kecil menantang. Saya pun mengulum puting Vina sambil meremas-remasnya dengan gemas, sementara pompaan kontol saya telah diimbangi goyangan Vina yang bisa saya pastikan goyangan ngebor ala Inul tidak ada apa-apanya.
“Ma… Mas... Vina mau dapet laggii… bareeng yaa… ah... ah..." desis Vina histeris.
Saya jadi terangsang sekali mendengar lenguhan Vina yang merangsang itu, saya teruskan aksi saya dengan menjilat dan mencium dada, ketiak, leher, telinga dan pipi Vina.
“Aaarghh...” erangnya keras.
Vina mengulum bibir saya sambil memejamkan matanya. Nampaknya Vina telah mendapat orgasmenya yang kedua, sementara tubuhnya menegang sebentar dan kemudian melemas walau saya masih memompanya. Saya segera mencabut kontol saya dan mengocoknya sebentar untuk menumpahkan peju saya ke perut Vina.
“Croot… crot…”
Peju saya keluar banyak membasahi perut Vina dan mengenai teteknya.
“Aaahh...” saya pun melenguh puas saat hasrat saya telah tersalurkan.
Vina mengusap-usap peju saya di perutnya kemudian membersihkan dengan tisu yang diambil dari celananya, sedangkan Linda mendekat dan melihat aksi Vina, kemudian membantu membersihkan peju saya.
“Baunya kayak santan ya?” komentar Linda sambil mencium tisunya yang penuh dengan peju saya.
“Ya udah. Semua dibereskan dulu” kata saya memberi perintah kepada dua cewek yang baru saja bermain cinta dengan saya.
“Kita istirahat dulu ya sambil tiduran, nanti kalo sudah nggak hujan kita putuskan mau turun ke bawah atau bermalam disini ya” lanjutku kemudian.
Akhirnya saya pun tertidur kelelahan dengan dua cewek yang mendekap saya. Entah mimpi apa saya semalam bisa terjebak dalam situasi seperti ini.
Untuk Info Lebih Lanjut Silakan Hub Kami:
* LIVE CHAT TERSEDIA LAYANAN 24 JAM NONSTOP
* BBM : D8A4BF4A
* WA : +639772793847
* LINE : premier188
* YM : premier188@yahoo.com
Salam Dari Kami
CS PREMIER188 ^.^
No comments:
Post a Comment